Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mirip Evergrande, Kaisa Group Hadapi Ancaman Gagal Bayar Bulan Depan

Kaisa mengajukan pertukaran obligasi senilai US$400 juta yang jatuh tempo pada 7 Desember dengan yang baru dengan jatuh tempo 18 bulan ke depan.
Salah satu layar perdagangan di bursa saham China./Bloomberg
Salah satu layar perdagangan di bursa saham China./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Stabilitas obligasi dolar China kembali diuji pada pekan ini lantaran salah satu penerbit terbesarnya, Kaisa Group Holdings Ltd., baru saja mengajukan penukaran utang atau debt swap untuk menghindari default.

Dilansir Bloomberg pada Selasa (30/11/2021), Kaisa mengajukan pertukaran obligasi senilai US$400 juta yang jatuh tempo pada 7 Desember dengan yang baru dengan jatuh tempo 18 bulan ke depan.

Jika pengajuan tersebut ditolak, perusahaan telah mengatakan bahwa tidak akan bisa membayar kembali obligasi dan mempertimbangkan opsi melakukan restrukturisasi utang. Investor yang memegang lebih dari setengah obligasi tidak mau mendukung pengajuan tersebut, seperti dilaporkan media lokal Jiemian.

Perlu diketahui, Kaisa adalah penerbit obligasi terbesar ketiga di China dengan outstanding senilai US$11,6 miliar atau sekitar 5 persen dari total utang perusahaan pengembang dalam nilai mata uang.

Gagal bayar dapat memicu risiko penyebaran yang diikuti dengan beralihnya investor global ke obligasi properti luar negeri. Dalam data yang dikumpulkan Bloomberg, pengembang China harus membayar kembali sekitar US$2,1 miliar obligasi dolar pada Desember dan US$6,1 miliar pada Januari.

Para taipan perusahaan properti di China terpaksa harus merogoh kantongnya sendiri untuk memenuhi kewajiban pembayaran kupon obligasi.

Sebelumnya, Evergrande Group menjual sisa sahamnya di bisnis internet HengTen Networks Group Ltd., dengan kerugian 8,5 miliar dolar Hong Kong (US$1,1 miliar). Chairman Evergrande Group, Hui Ka Yan sudah menghimpun sekitar US$344 juta pada penjualan saham perusahaan minggu lalu.

Kaisa menjual proyek properti Hong Kong dengan harga sekitar 500 juta dolar Hong Kong (US$64,1 juta), lebih rendah harga beli yang dikeluarkan pada tahun lalu. Perusahaan sedang berencana untuk menjual 18 proyek di Shenzhen dengan nilai total US$12,8 miliar.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nindya Aldila
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper