Bisnis.com, JAKARTA – Indonesia National Shipowners Association (INSA) membantah adanya kendala ekspor batu bara dari dalam negeri akibat minimnya kapal pengangkut komoditas tersebut ke luar negeri.
Ketua Umum INSA Carmelita Hartoto menegaskan bahwa kondisi di lapangan selama ini tidak menunjukan adanya kekurangan kapal pengangkut untuk ekspor batu bara.
“Sepanjang yang terjadi dilapangan sih kami amati tidak ada kendala tentang kurangnya space atau kapal untuk angkutan batu bara ekspor,” katanya kepada Bisnis, Senin (29/11/2021).
Lebih lanjut, INSA malah mendapati adanya kapal tongkang yang menunda proses pengapalan untuk ekspor batu bara. Hal itu disebabkan karena penundaan permintaan dari China.
“Malahan kami mendengar ada kapal yang ditunda shipment-nya, karena permintaan dari China yang ditunda,” terangnya.
China diketahui sempat melakukan upaya pengendalian harga dan produksi batu bara di negara itu. Kebijakan itu diambil Presiden Xi Jinping setelah perdagangan batu bara sempat berada di level tertinggi sepanjang sejarah, yakni US$272,5 per metrik ton pada 5 Oktober 2021 lalu.
Baca Juga
Upaya itu nyatanya berhasil meredam pergerakan harga komoditas tersebut untuk beberapa saat. Bahkan, harga batu bara sempat anjlok hingga ke level US$150 per metrik ton.
Meski demikian, tingginya permintaan di akhir tahun menyebabkan harga emas hitam kembali memanas hingga menyentuh US$170 per metrik ton.
Sebelumnya, Ketua Umum Asosiasi Pemasok Batubara dan Energi Indonesia (Aspebindo) Anggawira sempat menyinggung kendala ekspor akibat persoalan pengapalan.
Kondisi itu membuat ekspor batu bara ke berbagai negara pengimpor sulit, dan tidak dapat serta merta dipenuhi. Padahal, pemerintah telah merencanakan ekspor tahun ini mencapai 487,50 juta ton.
“Dengan harga tinggi, pasti everyone pengen ekspor ya, tapi seperti kendala kemarin kan dari sisi logistik ketersediaan dari angkatan cukup terbatas,” katanya kepada Bisnis, Senin (29/11/2021).
Berdasarkan Mineral One Data Indonesia (MODI), Kementerian ESDM merencanakan ekspor batu bara sebanyak 487,50 juta ton. Akan tetapi, realisasi ekspor batu bara baru 54,24 persen, atau hanya 264,43 juta ton hingga saat ini.