Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kebijakan Zero Covid China Lumpuhkan Industri Kapal

Para manajer dan operator kapal meminta China akan merelaksasi restriksi untuk memprioritaskan awak dan pengapalan karena pelaut menanggung beban terberat.
Foto udara kbongkar muat kontainer di Pelabuhan Yangshan Deepwater, Shanghai, China, Senin (23/3/2020). Bloomberg/Qilai Shenn
Foto udara kbongkar muat kontainer di Pelabuhan Yangshan Deepwater, Shanghai, China, Senin (23/3/2020). Bloomberg/Qilai Shenn

Bisnis.com, JAKARTA - Kebijakan nol kasus Covid-19 di China telah melumpuhkan industri perkapalan di tengah upaya pemulihan ekonomi. Hal ini juga berdampak pada krisis rantai pasok dunia.

Dalam upayanya untuk mencegah virus, China terus melarang perubahan kru untuk kru asing. Negara ini juga memberlakukan karantina wajib selama tujuh pekan untuk para awak kapal China yang kembali.

"Pembatasan di China menyebabkan efek langsung. Setiap pembatasan operasi kapal memiliki dampak akumulatif pada rantai pasok dan menyebabkan gangguan yang nyata," ujar Sekretaris Jenderal Kamar Perkapalan Internasional Guy Platten.

China sebagai pengekspor terbesar dunia meruapkan pusat utama bagi industri perkapalan. China juga merupakan negara terakhir yang menerapkan kebijakan Nol Covid dengan penerapan langkah yang semakin ekstrem.

Dalam beberapa pekan terakhir, pihak berwenang menahan 34.000 orang di Shanghai Disneyland untuk melakukan testing wajib.

Sementara itu, di belahan dunia yang lain, kelangkaan pasokan mulai mereda di AS, tetapi memburuk di Inggris. Beberapa pelabuhan di Asia mulai berkurang kepadatannya, tetapi di California, kapal-kapal bermuatan masih menumpuk.

Untuk itu, para manajer dan operator kapal meminta China akan merelaksasi restriksi untuk memprioritaskan awak dan pengapalan karena pelaut menanggung beban terberat.

Direktur Pelaksana Singhai Marine Services Terence Zhao mengatakan pembatasan terbaru di pelabuhan China mengharuskan para awak dikarantina selama tiga minggu sebelum mereka kembali ke China, kemudian dua minggu lagi di pelabuhan kedatangan, dan dua minggu lagi di provinsi mereka sebelum mereka dapat bersatu kembali dengan keluarga mereka.

“Fokus utama pelabuhan adalah pada masalah karantina dan kesehatan. Peraturannya sangat sering berubah, tergantung pada situasi Covid setempat,” katanya di forum industri online, Senin (22/11/2021).

Bahkan, lanjutnya, para awak kapal yang memerlukan pengobatan medis tidak diizinkan mendapatkan perawatan di China.

“Kami memiliki kapal yang mengalami demurrage [biaya keterlambatan]. Ada beberapa kasus di mana penundaan terjadi dalam hitungan jam, tetapi ada juga kasus di mana penundaan bisa berlangsung hingga berhari-hari," kata Eman Abdalla, Direktur Operasi & Rantai Pasokan Global Cargill.

Euronav NV, salah satu pemilik tanker minyak terbesar di dunia telah menghabiskan sekitar US$6 juta untuk menangani gangguan yang terkait dengan masalah pergantian awak, termasuk penyimpangan, karantina, dan biaya perjalanan yang lebih tinggi.

“Dulu melakukan rotasi kru ketika kami berada di China baik-baik saja. Dan sekarang pada dasarnya itu tidak mungkin," ungkap Chief Executive Officer Euronav NV Hugo De Stoop.

Kendati demikian, belum ada sinyal dari Pemerintah China untuk melonggarkan aturan. Sementara itu, gangguan rantai pasokan industri tidak menunjukkan tanda-tanda mereda.

Menurut survei Oxford Economics, dari 148 bisnis pada 18-29 Oktober, hampir 80 persen responden mengatakan mereka memperkirakan krisis pasokan masih memiliki ruang untuk memburuk.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nindya Aldila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper