Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terkuak, Biaya Logistik Sumbang 41 Persen Harga Pangan Impor

Pembentukan Badan Logistik dan Rantai Pasok Kadin Indonesia bisa menjadi salah satu solusi untuk mengurai besarnya kontribusi biaya logistik dalam pengadaan pangan.
Ilustrasi
Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA – Biaya logistik disebut memiliki kontribusi besar dalam pembentukan harga komoditas pangan impor yang masuk ke Indonesia. Beban dari biaya logistik bahkan melampaui kontribusi tarif dalam impor perpajakan.

"Biaya logistik [hambatan] nontarif ini memberikan peran 41 persen dari total biaya pangan yang diimpor. Kontribusi tarifnya hanya 6,39  persen dari data 2019 dan 2020,” kata Direktur Utama PT Berdikari Logistik Indonesia Iman Gandi dalam diskusi yang digelar Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Rabu (24/11/2021).

Iman mengatakan besarnya beban biaya logistik menjadi pekerjaan rumah bersama yang memerlukan solusi ke depan. Khususnya, untuk komoditas pangan yang memerlukan tambahan pasokan dari luar negeri.

“Sekalipun jadi solusi, barang impor ini [untuk pemenuhan kebutuhan pangan], ternyata masuk ke sini jadi lebih mahal karena logistiknya mahal. Bukan barangnya yang mahal,” tambahnya.

Iman menilai pembentukan Badan Logistik dan Rantai Pasok Kadin Indonesia bisa menjadi salah satu solusi untuk mengurai besarnya kontribusi biaya logistik dalam pengadaan pangan.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Pusat Distribusi dan Akses Pangan BKP Kementan Risfaheri menyebutkan adanya sejumlah masalah di sektor pangan yang memicu tingginya disparitas harga di tingkat produsen dan konsumen. Sistem rantai pasok yang panjang dan tidak meratanya persebaran sentra produksi komoditas menjadi segelintir pemicu situasi ini.

"Rantai pasok sangat panjang dari produsen ke pengguna, kami juga melihat kondisi harga di produsen dan ke mana saja itu didistribusikan tidak terbuka dengan jelas," katanya.

Dia menjelaskan produksi beberapa komoditas yang pasokannya telah bisa dipenuhi dari dalam negeri belum merata di setiap provinsi. Terdapat wilayah-wilayah yang masih defisit, sementara beberapa wilayah lainnya mengalami surplus. Di sisi lain, waktu panen komoditas pangan juga berbeda-beda di sejumlah lokasi.

Hal ini membuat pasokan dari wilayah yang defisit harus dipenuhi dari daerah lain. Proses distribusi acap kali menimbulkan biaya tambahan yang menimbulkan selisih yang lebar dari harga di produsen dan harga konsumen.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper