Bisnis.com, JAKARTA – Pengamat menilai investasi baru di ritel modern format besar amat memungkinkan direalisasikan pada 2022. Tetapi, investasi baru perlu diiringi dengan transformasi model layanan yang sesuai dengan perkembangan perilaku konsumen.
“Investasi baru sangat mungkin dilakukan. Ketika daya beli meningkat dan ekonomi berjalan, belanja akan mengikuti tren tersebut. Jadi semua balik ke toko offline,” kata Pengamat ritel sekaligus Staf Ahli Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Yongky Susilo, Selasa (16/11/2021).
Dia mengatakan investasi baru di ritel format besar perlu diiringi dengan layanan yang menyesuaikan perubahan proses belanja masyarakat.
“Sebelum Covid-19 format besar seperti hypermarket dan department store sudah melemah karena tidak ikut berevolusi mengikuti zaman,” katanya.
Dia mengatakan pengalaman belanja konsumen telah mengarah ke omnichannel. Dia memberi contoh soal layanan di mana konsumen bisa mencari barang secara digital, tetapi tetap bisa datang ke toko.
“Omnichannel artinya jika barang yang dicari konsumen tidak ada di toko, konsumen tetap bisa melakukan pembayaran dan barang dikirim kemudian. Bukan multichannel yang banyak dianut peritel seperti sekarang,” kata dia.
Yongky menilai format besar tetap menarik bagi investor selama kinerjanya menunjukkan perbaikan setelah Covid-19. Jika layanan sama saja, kata dia, format besar hanya akan terjebak pada keuntungan dari tren belanja pada momen Lebaran.
“Ekspansi selalu dilakukan dengan hati-hati. Kebanyakan akan mematangkan toko existing,” kata dia.