Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Manufaktur Ditarget Tumbuh 5,5 Persen Tahun Depan, Ini Tantangannya

Sejumlah tantangan siap menguji target pertumbuhan manufaktur tahun depan yang dipatok 5–5,5 persen. Tahun ini sendiri, pertumbuhan manufaktur ditarget dapat naik 4,5–5 persen.
Ilustrasi. Pekerja menyelesaikan pembuatan perangkat alat elektronik rumah tangga di PT Selaras Citra Nusantara Perkasa (SCNP), Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (19/8/2020). Bisnis/Abdullah Azzam
Ilustrasi. Pekerja menyelesaikan pembuatan perangkat alat elektronik rumah tangga di PT Selaras Citra Nusantara Perkasa (SCNP), Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (19/8/2020). Bisnis/Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah tantangan siap menguji target pertumbuhan manufaktur tahun depan yang dipatok 5–5,5 persen. Tahun ini sendiri, pertumbuhan manufaktur ditarget dapat naik 4,5–5 persen.

Peneliti di Pusat Industri, Perdagangan, dan Investasi Indef Ahmad Heri Firdaus mengatakan, tantangan utama untuk meraih target pertumbuhan yang telah ditetapkan adalah harmonisasi kebijakan di semua lini yang melibatkan berbagai kementerian dan lembaga.

Upaya penghiliran industri dengan menyetop ekspor sejumlah barang mentah tambang, misalnya, harus ditindaklanjuti dengan upaya penguatan sektor hilir, baik dari segi kesiapan tenaga kerja, infrastruktur, logistik, dan skema perdagangan internasional yang menguntungkan industri dalam negeri.

“Banyak faktor yang memengaruhi berada di luar domain [Kementerian] Perindustrian, misalnya untuk urusan bahan baku, energi, infrastruktur, dan tenaga kerja,” kata Andry kepada Bisnis belum lama ini.

Selain membidik pertumbuhan di atas 5 persen, pemerintah juga menargetkan pencapaian substitusi impor 35 persen pada tahun depan.

Andry mengatakan, perlu komunikasi intensif dengan industriawan mengenai kesiapan pelaku dalam negeri untuk menyuplai bahan baku.

Sebab, ada tiga faktor yang memengaruhi rendahnya penggunaan bahan baku dari dalam negeri di beberapa industri, yakni daya saing harga, ketersediaan dari segi jumlah, serta kontinuitas pasokan.

Hal lain yang juga perlu dipastikan, yakni konsistensi standar kualitas bahan baku dari waktu ke waktu.

“Kalau yang ingin disubstitusi adalah bahan baku impor, harus diupayakan industri bahan baku di dalam negeri sesuai dengan kebutuhan industri di hilir dan intermediate,” ujarnya.

Hal lain yang berpeluang memperkuat industri bahan baku dalam negeri, yakni masuknya investasi baru ke sektor tersebut. Hal yang sama juga perlu diupayakan untuk substitusi impor barang jadi.

“Semua perlu mengundang investor, atau dari investor yang sudah ada di Indonesia diminta untuk ekspansi,” katanya.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan industri manufaktur pada kuartal III/2021 sebesar 3,68 persen, sedikit di atas pertumbuhan ekonomi pada periode yang sama sebesar 3,51 persen.

Pertumbuhan industri pengolahan didukung oleh peningkatan kinerja beberapa subsektornya, seperti industri alat angkut sebesar 27,84 persen, serta industri kimia, farmasi dan obat tradisional yang tumbuh 9,71 persen.

Ada pula industri logam dasar yang tumbuh 9,52, serta dan industri makanan dan minuman yang naik 3,49 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Editor : Lili Sunardi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper