Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia resmi mengambil peran dalam Forest, Agriculture, Commodity, and Trade (FACT) Dialogue sebagai Co-Chairman bersama dengan Inggris. Dialog ini diselenggarakan sebagai side event KTT Pemimpin dunia COP26 di Glasgow, Skotlandia, Sabtu (6/11/2021).
Peran ini akan digunakan Indonesia untuk menyuarakan kesetaraan hak dan kewajiban antara negara konsumen dan produsen komoditas hasil pertanian dan kehutanan.
Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Musdhalifah Machmud menyatakan bahwa sektor pertanian dan kehutanan, serta produk yang dihasilkannya mempunyai peran yang sangat penting dalam kehidupan manusia yang rentan oleh perubahan iklim.
Hal itu disampaikannya mewakili Menko Perekonomian Airlangga Hartarto pada FACT event: Nature and Land Use Day yang diselenggarakan Sabtu lalu.
FACT Dialogue memberikan ruang khusus bagi negara yang terlibat untuk menyampaikan pandangan mereka mengenai sistem perdagangan komoditas pertanian dan kehutanan yang ideal dari sisi konsumen maupun produsen.
"Namun dialog tersebut juga harus didasari dengan prinsip mutual respect dan mutual recognition antara negara konsumen dengan negara produsen komoditas hasil pertanian dan kehutanan,” tutur Musdhalifah yang berperan sebagai Sekretaris Delegasi RI pada FACT Dialogue, seperti yang dikutip dalam siaran resmi, Rabu (10/11/2021).
Baca Juga
Pada kesempatan yang sama, Menteri Negara Pasifik dan Lingkungan Hidup Zac Goldsmith sebagai Co-chair dari pihak Inggris menyambut positif dengan pesan yang disampaikan oleh Sekretaris Delegasi RI.
Menurut Goldsmith, Indonesia telah menunjukkan komitmen tinggi dalam penanggulangan perubahan iklim dan mengharapkan kelanjutan kerjasama di masa yang akan datang.
Dari 30 negara yang berpartisipasi dalam FACT Dialogue, 25 negara di antaranya telah mendukung Joint-Principles for Collaborative Action, yang bersifat tidak mengikat. Dialog ini juga telah menyepakati roadmap FACT Dialogue yang diharapkan dapat diimplementasikan menjadi aksi nyata dalam perdagangan komoditas pertanian dan kehutanan.
Terdapat empat area kunci yang dibahas oleh masing-masing working groups, antara lain perdagangan dan pengembangan pasar (trade and market development); dukungan kepada petani kecil (smallholder support); ketertelusuran dan transparansi (traceability and transparency); serta riset, pengembangan, dan inovasi (research, development and innovation).