Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Garuda Indonesia (GIAA) Pangkas 97 Rutenya agar Bisa Selamat

PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) berencana memangkas dan mengecilkan rute operasinya, dan hanya fokus pada rute super premium, sebagai salah satu upaya transformasi bisnis yang dijalankan saat ini.
Garuda Indonesia/istimewa
Garuda Indonesia/istimewa

Bisnis.com, JAKARTA – PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) berencana memangkas dan mengecilkan rute operasinya, dan hanya fokus pada rute super premium, sebagai salah satu upaya transformasi bisnis yang dijalankan saat ini.

Wakil Menteri II BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengatakan bahwa selama ini banyak inefisiensi rute dan operasi yang dilakukan oleh emiten berkode saham GIAA tersebut.

Oleh karena itu, lanjutnya, diperlukan optimalisasi rute dengan fokus utama ke domestic, dan mengurangi rute internasional secara signifikan.

“Targetnya, dari 237 rute yang dimiliki pada 2019 dapat turun menjadi 140 rute,” ujarnya saat rapat bersama dengan Kementerian BUMN, Selasa (9/11/2021).

Dia menjelaskan bahwa rute internasional yang dijalankan nantinya hanya yang memiliki volume kargo baik. Tak hanya itu, rute yang dijalankan juga harus yang menghasilkan margin positif.

“Enggak ada lagi ada rute long haul ke Amsterdam dan London, ditutup. Rute seperti Korea Selatan juga ditutup. Hanya menyisakan volume kargo memadai,” imbuhnya.

Di sisi lain, Tiko, sapaan akrabnya, tak menampik pemangkasan rute secara drastis akan menjadi tantangan ke depannya, karena banyak bandara yang juga mengalami penurunan jumlah penerbangan.

Berdasarkan data yang dipaparkan oleh kementerian BUMN, secara konsolidasi, Garuda juga akan menekan jumlah pesawatnya, dari semula 202 pada 2019 menjadi hanya 134 pesawat di 2022.

Kemudian, perusahaan akan kembali menyelaraskan dan menambah jumlah pesawat pada 2026 menjadi sebanyak 188 unit, agar sesuai dengan jaringan rute yang bakal dilayani.

Angka tersebut didapatkan dengan harapan pemulihan pergerakan dan ekonomi telah terjadi.

Tak hanya jumlah, jenis pesawat dari sebanyak 13 jenis akan disusutkan menjadi sebanyak 7 jenis.

Pasalnya, banyaknya jenis pesawat juga merupakan sumber inefisiensi Garuda. Semakin banyak pesawat yang dimiliki ternyata berimbas kepada semakin kompleksnya biaya perawatan, sehingga perhitungan biaya per kursi menjadi mahal.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Lili Sunardi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper