Bisnis.com, JAKARTA – Produsen tekstil PT Trisula Textile Industries Tbk. (BELL) mengandalkan produk ritel, seperti seragam dan jaket untuk menopang kinerja sepanjang tahun ini.
R Nurwulan Kusumawati, Sekretaris Perusahaan Trisula Textile mengatakan bahwa perbaikan kondisi pasar dalam negeri, khususnya memasuki kuartal terakhir tahun ini mendorong perseroan mencari peluang dan menciptakan inovasi baru.
“Sesuai dengan keahlian kami dalam customized order untuk produk tekstil, seragam, dan ritel, kami menyesuaikan kebutuhan pasar sambil terus melihat prospek dan kondisi terakhir,” kata Nurwulan melalui pesan tertulis kepada Bisnis, Selasa (9/11/2021).
Salah satu inovasi tersebut, yakni produksi jaket sehat sebagai pelindung tambahan di masa pandemi. Dia menjelaskan, produk jaket sehat dibuat dengan kain khusus yang diproduksi sendiri oleh perseroan, dan dikenal sebagai kain sehat.
Produk kain sehat telah banyak dipesan oleh desainer dan pengusaha garmen dalam negeri, karena mempertimbangkan kelebihan, seperti antibakteri, antiair, breathable, dan murah dirawat.
Dia menerangkan, kontribusi kinerja terbesar BELL sampai dengan semester I/2021 masih didominasi penjualan domestik sebesar 95 persen. Sisanya sebesar 5 persen disumbang oleh penjualan ekspor.
Baca Juga
Ke depan, perseroan membidik perluasan pasar domestik mengingat potensinya yang masih luas.
“Di pasar domestik, BELL telah menjadi kepercayaan berbagai instansi untuk membuat produk seragam, baik pemerintahan maupun swasta, yang mana peluang BELL di industri seragam pun masih sangat luas,” ujarnya.
Sementara itu, produsen tekstil lain PT Pan Brothers Tbk. (PBRX) masih fokus pada restrukturisasi perseroan, sehingga menahan upaya perluasan pasar.
Meski demikian, Sekretaris Perusahaan Pan Brothers Iswardeni mengatakan bahwa penjualan tetap diproyeksi naik sebesar 10 persen sepanjang tahun ini.
“Pan Brothers masih terkendala restrukturisasi yang belum selesai, tapi penjualan tetap growth,” katanya.
Iswardeni mengatakan bahwa perseroan baru akan melanjutkan upaya ekspansi jika restrukturisasi telah sepenuhnya selesai.
Proses restrukturisasi juga menyebabkan arus kas perusahaan terbatas, sehingga menyebabkan perusahaan tak bisa menerima seluruh pesanan yang masuk.
Iswardeni sebelumnya juga mengatakan, terdapat limpahan pesanan akibat pembatasan yang terjadi di negara competitor, seperti Vietnam dan China. Namun demikian, peluang besar tersebut tak bisa dimanfaatkan karena terbentur modal yang cekak.