Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Bank Sentral Eropa (ECB), Christine Lagarde, menampik keresahan pasar terkait rumor kenaikan suku bunga pada tahun depan, meskipun inflasi di Eropa sudah tembus 4 persen.
Lagarde menegaskan bahwa suku bunga akan naik jika telah memenuhi tiga kondisi, salah satunya adalah inflasi harus berada di level 2 persen dengan jangka waktu cukup lama.
“Meskipun ada kenaikan inflasi, prospek inflasi dalam jangka menengah masih tenang dan tiga kondisi ini tampaknya tidak akan terjadi pada tahun depan," kata Lagarde dalam konferensi pers pada Rabu di Lisbon seperti dikutip Bloomberg pada Rabu (3/11/2021).
Saat ini, ECB sedang bersiap untuk memutuskan kebijakan krusial pada pertemuan Desember setelah proyeksi ekonomi baru dirilis. Adanya kenaikan kasus Covid-19 telah mendorong para analis memperkirakan ECB akan meningkatkan pembelian aset reguler setelah program pembelian obligasi darurat senilai 1,85 triliun euro atau US$2,1 triliun berakhir pada Maret.
"Bahkan masa darurat pandemi berakhir, menjadi tetap penting bahwa kebijakan moneter – termasuk kalibrasi pembelian aset yang tepat – bisa mendukung pemulihan dan mengembalikan [tingkat] inflasi yang berkelanjutan menuju target kami sebesar 2 persen," ujar Lagarde.
Untuk saat ini, kata Lagarde, ECB akan menggunakan pembelian obligasi darurat untuk menekan biaya pinjaman tetap rendah. “[Pengetatan] tidak diinginkan pada saat daya beli sudah tertekan oleh tagihan energi dan bahan bakar yang lebih tinggi,” katanya.
Baca Juga
Dalam wawancara terpisah dengan televisi Portugis TVI, Lagarde kembali menegaskan bahwa sentimen kenaikan suku bunga ada di luar ekspektasi.
Lagarde berupaya menekan ekspektasi pasar untuk kenaikan suku bunga yang tidak konsisten dengan analisis dan panduan ECB. Namun, dia tidak lagi menyalahkan pasar karena bisa menjadi bumerang.
Sebelumnya, para trader beranggapan ECB akan menaikkan biaya pinjaman pada akhir tahun sehingga akan menambah tekanan pada pembuat kebijakan saat mereka berkumpul dalam penentuan keputusan suku bunga pada Kamis.
Pergerakan pasar baru-baru ini didorong oleh inflasi yang meningkat secara global dan meningkatnya ketidakpastian pada prospek harga. Adapun inflasi di wilayah eropa telah menembus 4 persen, lebih tinggi dari perkiraan para ekonom.
Namun, pada pekan lalu, ECB menyatakan meski inflasi terjadi lebih cepat dari perkiraan sebelumnya, tekanan pada harga masih akan cukup tenang ketika rantai pasok global sudah membaik dan gangguan lainnya juga sudah teratasi.
Pertaruhan pasar uang terhadap rumor kenaikan suku bunga oleh ECB mulai sedikit mereda pada pekan ini setelah pernyataan bernada dovish dari Reserve Bank of Australia. Namun, bank sentral Australia menekan kebijakan moneternya hingga 10 basis poin setelah pernyataan Lagarde, turun 23 basis poin pada Senin.
"Lagarde jelas-jelas mengoreksi dorongan kolektif yang samar pekan lalu. Namun, dampaknya belum hilang karena pasar akan menanggung premi risiko ECB. Saya tidak berpikir Lagarde atau ECB mampu mendorong harga lebih rendah sendiri pada tahap ini," kata Piet Christiansen, Kepala Ahli Strategi Danske Bank A/S.
Gubernur Bank of France, Francois Villeroy de Galhau, menggemakan dukungannya kepada pernyataan Lagarde dengan mengatakan lonjakan inflasi saat ini bersifat sementara jika dilihat dari pemulihan ekonomi sebelumnya.
"Tidak ada alasan bagi ECB untuk menaikkan suku bunganya tahun depan," tandasnya.