Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Cukai Rokok Naik Tahun Depan, Ini Angka Idealnya

Menurut catatan Kementerian Perindustrian, produksi rokok sempat mengalami pertumbuhan pada 2019 sebesar 6,62 persen atau menjadi 357 miliar batang.
Pekerja menunjukkan rokok jenis Sigaret Kretek Tangan (SKT) di Kawasan Industri Hasil Tembakau (KIHT), Megawon, Kudus, Jawa Tengah, Jumat (11/12/2020). Pemerintah melalui Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menetapkan kebijakan tarif cukai hasil tembakau atau cukai rokok tahun 2021 naik rata-rata 12,5 persen. ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho
Pekerja menunjukkan rokok jenis Sigaret Kretek Tangan (SKT) di Kawasan Industri Hasil Tembakau (KIHT), Megawon, Kudus, Jawa Tengah, Jumat (11/12/2020). Pemerintah melalui Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menetapkan kebijakan tarif cukai hasil tembakau atau cukai rokok tahun 2021 naik rata-rata 12,5 persen. ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho

Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah memastikan akan menaikkan cukai hasil tembakau (CHT) pada tahun depan.

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad mengatakan dari kenaikan target penerimaan cukai tahun depan, lonjakan CHT bisa mencapai 14 persen hingga 15 persen. Adapun kenaikan target penerimaan cukai tahun depan sebesar 13,27 persen atau menjadi Rp203,9 triliun dari tahun ini Rp180 triliun.  

"Angkanya bisa 14-15 persen, berdasarkan perhitungan kenaikan cukai pemerintah. Menurut saya itu masih terlampaui tinggi," katanya saat dihubungi, Selasa (2/11/2021).

Menurut Ahmad, mempertimbangkan kondisi pandemi yang masih membebani daya beli, serta proyeksi penurunan produksi, kenaikan CHT seharusnya bisa di bawah 10 persen.

Angka itu sudah mencakup asumsi pertumbuhan ekonomi dan inflasi. Terlebih, angka prevalensi merokok pada anak yang turun pada tahun ini seharusnya dapat menjadi pertimbangan untuk kenaikan yang tidak terlalu eksesif.

"[Kenaikan] 9 persen sampai 10 persen cukup moderat, bahkan bisa lebih rendah," katanya.

Sebelumnya, Gabungan Perserikatan Pabrik Rokok Indonesia (Gappri) memperkirakan penurunan produksi pada tahun ini berkisar 10-15 persen, lebih rendah dari kontraksi 2020 sebesar 30-40 persen.

"Harapan kami tahun depan ada relaksasi tidak terjadi kenaikan cukai, harapan kami, dan yang paling penting adalah penindakan rokok ilegal," kata Ketua Umum Gappri Henry Najoan.

Tahun lalu, Gappri memproyeksikan produksi rokok sebesar 232 miliar batang. Sebaliknya menurut catatan Kementerian Perindustrian, produksi rokok sempat mengalami pertumbuhan pada 2019 sebesar 6,62 persen atau menjadi 357 miliar batang. Pertumbuhan tersebut tercapai setelah industri rokok nasional konsisten tumbuh negatif sejak 2016.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper