Bisnis.com, JAKARTA – Industri kimia masih mengalami perlambatan pemulihan terutama karena tekanan kenaikan harga bahan baku yang tinggi.
Ketua Umum Asosiasi Kimia Dasar Organik (Akida) Michael Susanto Pardi mengatakan pada Oktober lalu, harga komoditas dunia naik secara ekstrem sehingga menghambat pemulihan industri.
"Kenaikan harga bisa 50 persen sampai 100 persen dalam satu bulan ini," katanya saat dihubungi Bisnis, Senin (1/11/2021).
Michael memperkirakan kondisi lonjakan harga bahan baku dapat berlangsung sampai Maret bahkan Juni 2022. Dia mengaku belum memperhitungkan seberapa besar dampaknya terhadap industri, tetapi pasti akan mengurangi daya beli industri hilir yang merupakan pelanggan dari pelaku di hulu kimia.
Michael juga mengatakan pada Agustus-September 2021 kinerja industri kimia sangat rendah karena terdampak PPKM. Memasuki Oktober, ada kenaikan kinerja meski tak signifikan.
Dia berharap kondisi perbaikan ekonomi nasional dan momentum akhir tahun dapat mengerek kinerja industri pada sisa dua bulan terakhir 2021. Tekanan harga bahan baku di industri kimia menggarisbawahi analisis manufaktur Indonesia oleh IHS Markit.
Meski angka purchasing managers' index (PMI) manufaktur Indonesia melonjak dari 52,2 pada September menjadi 57,2 pada bulan lalu, tetapi masalah pasokan bahan baku berpotensi menjadi ganjalan bagi pemulihan. Pasokan bahan yang terbatas menyebabkan penundaan pemesanan sehingga terjadi kenaikan harga.
Akibatnya, perusahaan membebankan kenaikan biaya kepada konsumen sehingga terjadi kenaikan harga output. Michael mengatakan selain masalah bahan baku, operasional industri juga belum kembali 100 persen.
"Masih 50 persen kira-kira, karena masih antisipasi gelombang ketiga kalau ada dan semoga tidak terjadi," ujarnya.