Bisnis.com, JAKARTA — Ekspor listrik ke Singapura menjadi kesempatan untuk membangun industri pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dalam negeri.
Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa menyebutkan bahwa proyek ini akan berdampak besar bagi industri PLTS. Sebab itu dia menyebut ekspor listrik menjadi peluang besar.
“Ini kesempatan juga untuk membangun industri PLTS di Indonesia karena dengan ekspor listrik ini akan ada proyek-proyek PLTS skala besar yang akan dibangun di Indonesia,” katanya kepada Bisnis, Kamis (29/10/2021).
Selain itu, pemerintah kata dia perlu mendorong investasi industri PLTS seiring dengan potensi permintaan modul surya akan naik tinggi dalam 4 tahun mendatang.
Singapura bertekad untuk mencapai dekarbonisasi dengan mengimpor energi listrik dari pembangkit listrik berbasis energi baru dan terbarukan (EBT). Negara itu berencana untuk mengekspor energi bersih hingga 4 gigawatt pada 2035.
Proses ekspor ini akan disalurkan melalui pembangkit di Kepulauan Riau ke Singapura melalui kabel laut. Bulan dijelaskan lebih rinci terkait proses ekspor listrik ini.
Dalam jangka lebih pendek, Electricity Market Authority (EMA) Singapura juga melakukan lelang proyek untuk penyediaan 1,2 GW total untuk 2027. Perlu diketahui kapasitas tersebut merupakan non intermiten alias tidak terputus.
Pasalnya PLTS umumnya hanya beroperasi beberapa jam sehari. Namun dengan daya besar dan adanya penyimpanan, energi yang disalurkan tetap teraliri selama 24 jam sehari.
“Saya melihat ini suatu kesempatan untuk menjadikan listrik energi terbarukan dr PLTS sebagai sumber devisa, mengganti devisa dari penjualan gas dari Natuna yang akan berakhir di 2023,” terangnya.
Ketua Umum Asosiasi Produsen Listrik Swasta Indonesia (APLSI) Arthur Simatupang menyebutkan proyek tersebut menjadi kesempatan bagi para pengembang listrik. “Agar sumber tenaga listrik berbasis EBT bisa diekspor secara regional,” katanya.