Bisnis.com, JAKARTA — Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas) menyatakan kenaikan harga minyak dunia tidak berpengaruh langsung terhadap kelangsungan bisnis stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU). Namun, apabila penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) dilakukan, maka perlu ada tambahan modal.
Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas) Rachmad Muhammadiyah mengatakan kenaikan harga minyak dunia akan berpengaruh ke harga jual BBM bagi Pertamina atau perusahaan operator BBM atau pemegang Izin Niaga Umum (INU).
"Sedangkan untuk Hiswana Migas atau SPBU, hanya sebagai agen saja. Jadi tidak terlalu berpengaruh, hanya kalau harga naik, perlu modal lebih banyak," katanya kepada Bisnis, Rabu (27/10/2021).
Sementara itu, Ketua DPD III Hiswana Migas Juan Tarigan berpendapat, kenaikan harga minyak berdampak cukup signifikan terhadap Pertamina karena disparitas harga jual dan harga pembelian yang tinggi. Dia menilai kondisi itu diperlukan adanya penyesuaian harga.
Namun, dia menuturkan tingginya harga minyak tersebut tidak berdampak langsung terhadap bisnis SPBU karena margin yang diberikan oleh Pertamina sudah berlaku tetap.
"Dampak secara langsung tidak ada, karena kami sudah diberikan margin tetap dari harga penebusan," ungkapnya.
Pjs. Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga Subholding Commercial & Trading Irto Ginting mengatakan pihaknya terus mencari jalan tengah bersama dengan pemerintah agar nantinya harga BBM bisa mencapai keekonomian yang sesuai dengan harga minyak saat ini dengan tetap mendukung pergerakan keekonomian di dalam negeri.
Menurutnya opsi yang ada adalah kompensasi yang akan ditanggung pemerintah agar harga BBM tidak mengalami kenaikan. "Masih progres pembahasan dengan kementerian terkait," jelasnya.