Bisnis.com, JAKARTA – Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara menyatakan bahwa perpindahan menuju penggunaan energi baru dan terbarukan atau EBT merupakan hal wajib dan bukan berupa pilihan. Meskipun begitu, Indonesia masih menghadapi tantangan besar untuk beralih dari energi fosil.
Menurutnya, kebutuhan energi akan terus semakin besar dan tidak cukup dipenuhi hanya dengan energi fosil.
Di sisi lain, energi fosil juga memiliki dampak jangka menengah–panjang yang buruk bagi lingkungan, sehingga penggunaan energi terbarukan menjadi wajib.
“Energi terbarukan itu dalam banyak sekali pembicaraan adalah bukan pilihan, ini arah ke depan. Kita menuju ke sana,” ujar Suahasil pada Kamis (21/10/2021).
Menurutnya, pemanfaatan EBT tidak berangkat dari titik nol, karena Indonesia sudah memiliki berbagai sumber energi, dengan kebijakan dan investasi masing-masing. Pengembangan EBT pun akan memengaruhi sumber-sumber energi itu.
“Kita tidak berangkat dari titik nol, seakan-akan bisa mendesain segala sesuatunya dari kertas putih,” ujarnya.
Baca Juga
Suahasil menilai bahwa pengembangan EBT akan melihat sektor-sektor yang memberikan emisi karbon besar.
Sekitar 38 persen emisi yang harus diturunkan berasal dari sektor energi, sehingga transisi batu bara sebagai sumber energi menjadi EBT merupakan kebijakan yang dipilih.
“Kita sudah menandatangani Paris Agreement. Kita memiliki komitmen menurunkan emisi CO2, 41 persen dengan bantuan internasional, dan 29 persen dengan usaha sendiri. Kalau kita sudah punya targetnya, maka terus kita mesti berpikir di dalam negerinya bagaimana mengupayakan penurunan CO2 tersebut,” ujar Suahasil.