Bisnis.com, JAKARTA – Penurunan emisi karbon dioksida dari pembangkit listrik hingga kuartal III/2021 diperkirakan mencapai 10,37 juta ton. Angka itu naik 210,8 persen dibandingkan dengan 2020.
Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Rida Mulyana mengatakan bahwa data prognosis tersebut jauh melebihi target yang ditetapkan pada tahun ini, yakni sebesar 4,92 juta ton karbon.
Sementara itu, realisasi penurunan emisi CO2 mencapai 8,78 juta ton pada 2020. Rida menyebutkan bahwa reduksi emisi ini semakin besar seiring dengan meningkatnya jumlah pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT).
“Karena makin banyak yang gunakan biomassa, dan makin banyak EBT yang masuk [terpasang di Indonesia],” katanya saat konferensi pers capaian kinerja kuartal III/2021 sektor ketenagalistrikan, Kamis (21/10/2021).
Selanjutnya, Kementerian ESDM mencatat persentase tindak komponen dalam negeri (TKDN) produk ketenagalistrikan mencapai 39,01 persen. Angka tersebut melebihi target sepanjang 2021, yakni 34 persen.
Selain itu dari seluruh pengembangan proyek ketenagalistrikan, investasi untuk subsektor tersebut tembus US$4,22 miliar atau 42,6 persen pada kuartal III/2021 dari target sepanjang tahun ini yang mencapai US$9,91 miliar.
Baca Juga
Target itu juga meningkat hampir US$2 miliar dibandingkan dengan 2020, di mana realisasi investasi pada sektor ketenagalistrikan pada tahun itu mencapai US$7,61 miliar.
Anggaran tersebut dikeluarkan untuk penambahan pembangkit, transmisi, gardu induk, jaringan distribusi, gardu distribusi, hingga pengembangan lima smart grid.
Di sisi lain, Rida menyebut, susut jaringan tenaga listrik sebagai upaya efisiensi juga telah mencapai 7,98 persen. Sementara itu, realisasi tahun sebelumnya sebesar 9,12 persen.
“Susut jaringan sedikit membanggakan, ini juga bicara efisiensi di PLN dari target 2021 9,01 persen, sampai akhir September 2021, susut jaringan itu 7,98 persen,” tuturnya.
Adapun, pembangkit listrik tenaga EBT di Indonesia telah mencapai 12,77 persen hingga Agustus 2021. Bila ditambah dengan bahan bakar nabati, bauran EBT telah menembus 13,54 persen dari total bauran energi dalam negeri.