Bisnis.com, JAKARTA — Komitmen pemerintah untuk menggarap serius potensi perdagangan dengan Amerika Latin dan Kepulauan Karbia terkendala biaya ekspor yang relatif tinggi. Kendati demikian, pasar pada kawasan itu dinilai berpotensi tinggi untuk menggerek kinerja ekspor dalam negeri.
Wakil Ketua Umum Bidang Hubungan Internasional Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Shinta Khamdani mengatakan kendala itu disebabkan karena eksportir nasional belum memiliki rekam jejak yang panjang untuk berdagang di kawasan itu.
Konsekuensinya, biaya logistik dan asuransi untuk perdagangan itu lebih mahal daripada pengiriman ke pasar-pasar tradisional.
“Logistik khususnya sangat menjadi kendala sejak pandemi karena isu ketersediaan kontainer dan biayanya juga naik lima kali lipat sejak pandemi,” kata Shinta melalui pesan tertulis kepada Bisnis, Kamis (14/10/2021).
Dengan demikian, dia meminta pemerintah untuk memperluas akses pembiayaan ekspor yang lebih baik kepada eksportir dalam negeri untuk rencana ekspansi tersebut. Menurut dia, potensi niaga dengan kawasan Amerika Latin dan Kepulauan Karibia itu relatif besar karena belum optimal dimanfaatkan oleh eksportir nasional.
“Potensi perdagangannya sangat besar, khususnya untuk produk-produk manufaktur yang tidak diproduksi oleh negara-negara Amerika Latin & Karibia seperti produk otomotif atau sepatu,” kata dia.
Baca Juga
Sebelumnya, Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mendorong peningkatan kerjasama dagang Indonesia bersama dengan negara-negara yang terletak di kawasan Amerika Latin dan Kepulauan Karibia.
Indonesia, kata Lutfi, membutuhkan pasokan produk pertanian, produk berbasis sumber daya, produk manufaktur dan jasa dari negara-negara di kawasan Amerika Latin dan Kepulauan Karibia itu. Di sisi lain, dia menambahkan, eksportir Indonesia dapat menyediakan berbagai produk makanan olahan, barang setengah jadi hingga produk manufaktur.
“Saya yakin untuk meningkatkan kinerja perdagangan antar negara kita tidak hanya harus menjual banyak tetapi juga membeli banyak barang,” kata dia.
Adapun kinerja ekspor Indonesia pada tahun ini ke negara-negara kawasan Amerika Latin dan Kepulauan Karibia sudah menyentuh sekitar US$1,7 miliar atau meningkat 54,8 persen jika dibandingkan dengan torehan tahun lalu.
Di sisi lain, impor dari kawasan itu turut menunjukkan pertumbuhan yang positif sebesar 4,17 persen jika dibandingkan tahun lalu.
Kendati kegiatan perekonomian mulai kembali, permasalahan kelangkaan kontainer dan biaya logistik yang sangat tinggi membayangi aktivitas perdagangan global.
Hambatan lainnya adalah pengenaan bea masuk karena Indonesia belum memiliki Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) atau Free Trade Agreement (FTA) dengan kawasan ini, kecuali dengan Chile.