Bisnis.com, JAKARTA – David Card berbagi Hadiah Nobel Ilmu Ekonomi dengan Joshua D. Angrist dan Guido W. Imbens dalam pengumuman komite Nobel 2021 pada Senin (11/10/2021).
Card mendapatkan separuh dari hadiah Nobel sebesar 10 juta kronor Swedia (Rp16,35 miliar), sedangkan Angrist dan Imbens masing-masing mendapatkan seperempatnya.
Card lahir 1956 di Guelph, Kanada, dan sekarang menjadi profesor ekonomi di Universitas California, Berkeley, AS. Angrist lahir 1960 di Columbus, Ohio, AS, dan sekaang menjadi profesor ekonomi Ford, Institut Teknologi Massachusetts, Cambridge, AS, sedangkan Imbens lahir 1963 di Geldrop, Belanda, dan kini profesor ekonometrika terapan dan profesor ekonomi di Stanford University, AS.
“Hadiah Sveriges Riksbank dalam Ilmu Ekonomi untuk Mengenang Alfred Nobel 2021 dibagi, setengah diberikan kepada David Card atas kontribusi empirisnya terhadap ekonomi tenaga kerja, setengah lainnya bersama-sama diberikan kepada Joshua D. Angrist dan Guido W. Imbens untuk metodologi mereka kontribusi untuk analisis hubungan kausal," tulis Komite Nobel dalam laman resmi penghargaan itu.
Penghargaan Sveriges Riksbank dalam Ilmu Ekonomi untuk mengenang Alfred Nobel 2021 diumumkan Profesor Göran K. Hansson, Sekjen Akademi Ilmu Pengetahuan Kerajaan Swedia.
Siaran pers resmi Komite Nobel Ilmu Ekonomi menyatakan Card, Angrist, dan Imbens memberi wawasan baru tentang pasar tenaga kerja dan menunjukkan kesimpulan tentang sebab dan akibat yang dapat ditarik dari eksperimen alami. Pendekatan mereka telah menyebar ke bidang lain dan merevolusi penelitian empiris.
Baca Juga
Banyak pertanyaan besar dalam ilmu-ilmu sosial berhubungan dengan sebab dan akibat tentang bagaimana imigrasi memengaruhi tingkat gaji dan pekerjaan atgau bagaimana pendidikan yang lebih lama memengaruhi pendapatan masa depan seseorang.
Pertanyaan-pertanyaan ini sulit dijawab karena tidak ada yang bisa digunakan sebagai pembanding. “Kita tidak tahu apa yang akan terjadi jika imigrasi berkurang atau jika orang itu tidak melanjutkan studi,” ungkap pernyataan Komite Nobel di laman resmi penghargaan tersebut.
Namun, pemenang tahun ini menunjukkan bahwa adalah mungkin untuk menjawab pertanyaan ini dan pertanyaan serupa menggunakan eksperimen alami. Kuncinya adalah menggunakan situasi di mana peristiwa kebetulan atau perubahan kebijakan mengakibatkan sekelompok orang diperlakukan secara berbeda, dengan cara yang menyerupai uji klinis dalam kedokteran.