Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) akan menambah dua bendungan di Aceh pada 2023, yakni Bendungan Keureuto dan Bendungan Rukoh.
Penambahan dua bendungan itu akan menjadikan jumlah bendungan untuk mengairi puluhan ribu hektare lahan pertanian yang ada di Aceh menjadi empat.
Bendungan Rukoh adalah bendungan terbaru dibandingkan dengan tiga bendungan lainnya. Jadwal penyelesaian bendungan yang baru dibangun pada 2018 tersebut masih sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020–2024 atau pada 2022.
“Saat ini progres konstruksinya telah mencapai 28 persen dan ditargetkan akan rampung pada 2023,” kata Kepala Kepala Balai Wilayah Sungai (BWS) Sumatera I Kementerian PUPR Djaya Sukarno dalam keterangan resmi yang dikutip Senin (11/10/2021).
Bendungan Rukoh akan membendung aliran Sungai Krueng Rukoh sebelum akhirnya dialirkan ke lahan pertanian.
Luas genangan hasil pembendungan aliran tersebut ditaksir mencapai 716,1 hektare dengan kapasitas tampung 128,66 juta meter kubik.
Adapun, Bendungan Rukoh dirancang untuk dapat mengairi 11.950 hektare Daerah Irigasi (DI) Baro Raya, khususnya di kecamatan Keumala dan Kecamatan Sakti, Kabupaten Pidie. Dengan kata lain, bendungan itu akan memiliki kapasitas pengairan lahan terbesar di Aceh.
Biaya konstruksi yang dihabiskan untuk Bendungan Rukoh mencapai Rp1,5 triliun, dan dibagi menjadi dua paket konstruksi.
Paket I akan dilakukan oleh PT Nindya Karya (Persero), sedangkan Paket II dikerjakan oleh tiga perusahaan, yakni PT Waskita Karya (Persero) Tbk., PT Adhi Karya (Persero) Tbk., dan PT Andesmont Sakti.
Djaya mengatakan bahwa desain Bendungan Rukoh adalah bendungan tipe zonal dengan inti tanah kedap air. Dengan demikian, bendungan tersebut diharapkan dapat memasok air baku sebesar 0,9 liter per detik (lpd) kepada 22.848 jiwa di Kabupaten Pidie.
Selain itu, Bendungan Rukoh berpotensi menghasilkan energi sekitar 1,22 megawatt. Di samping itu, salah satu tujuan dari pembangunan Bendungan Rukoh adalah mengatasi banjir 50 tahunan di Aceh.
Di sisi lain, konstruksi Bendungan Keureuto telah mencapai 65 persen dan ditargetkan rampung pada 2023. Dengan kata lain, konstruksi Bendungan Keureuto akan tidak sesuai dengan RPJMN 2020–2024, lantaran bendungan tersebut seharusnya rampung pada 2022.
Bendungan Keureuto dirancang agar dapat menampung debit banjir hingga 30,5 juta meter kubik atau sebanyak 1.225,53 lpd. Tingginya tampungan tersebut bertujuan untuk mengendalikan banjir setiap 50 tahun sekali di kawasan Pidie dan sekitarnya.
Bendungan Keureuto memiliki biaya konstruksi tertinggi dibandingkan dengan tiga bendungan lainnya, yakni mencapai Rp1,7 triliun. Namun demikian, lahan yang akan diairi Bendungan Keureuto hanya sekitar 9.420 hektar.
Secara rinci, daerah irigasi yang akan diairi Bendungan Keureuto adalah intensifikasi Daerah Irigasi (DI) Alue Ubay seluas 2.743 hektare dan ekstensifikasi D.I Pasee Kanan seluas 6.677 hektare.
Dengan begitu, total lahan yang dapat diairi Bendungan Rukoh dan Bendungan Keureuto lebih dari 20.000 hektare, atau sekitar 7,27 persen dari total lahan pertanian di Aceh.
Bendungan Keureuto dibangun sejak 2015 dan dibagi menjadi tiga paket konstruksi. PT Brantas Abipraya (Persero)-PT Pelita Nusa Perkasa (KSO) untuk paket 1, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk paket 2, PT Hutama Karya-Perapen paket 3.