Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Perhubungan menambah jumlah fasilitas kargo dalam pengembangan Bandara Frans Kaisiepo, Papua untuk mendukung ekspor komoditas laut dari wilayah sekitar.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan bahwa pihaknya menambah dua unit gudang pendingin dengan kapasitas 5 ton per hari, dan gudang transhipment seluas 60 meter persegi dengan kapasitas 6,5 ton di Bandara Frans Kaisiepo.
“Saat ini, Bandara Frans Kaisiepo memiliki luas gudang terminal kargo sebesar 324 meter persegi yang cukup untuk mendukung proses dari ekspor komoditas laut. Per harinya dapat melayani sekitar 12 sampai dengan 20 ton,” ujarnya melalui siaran pers, Kamis (7/10/2021).
Pada Agustus 2021 lalu, telah dilakukan ekspor perdana yang dikirimkan ke Singapura melalui Bandara Frans Kaisiepo dengan menggunakan pesawat kargo Sriwijaya Air.
Adapun, komoditi perikanan yang dikirim berupa tuna loin seberat 150 kilogram, kepiting 350 kilogram, dan lobster 30 kilogram.
Melalui ekspor perdana dari Biak Numfor ke Singapura itu diharapkan ada peningkatan bukan hanya devisa negara, tetapi juga pendapatan daerah dan kesejahteraan nelayan.
“Meski di tengah pandemic, kita harus memanfaatkan peluang yang ada,” imbuhnya.
Selain mengembangkan Bandara Frans Kaisiepo, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) juga tengah melakukan pengembangan Pelabuhan Biak untuk mendukung kegiatan ekspor perikanan.
Kemenhub melakukan terminal penumpang di Pelabuhan Biak, pengaspalan jalan utama, renovasi gudang seluas 3.800 meter persegi yang ditargetkan selesai pada Oktober atau November 2021.
Keberadaan infrastruktur pelabuhan dan bandara diharapkan bisa menjadi pendukung sektor perikanan yang ada di Kabupaten Biak Numfor, Papua, dan Kota Tual, Maluku.
“Dalam mendukung kelancaran ekspor perikanan di Kabupaten Biak Numfor, keberadaan infrastruktur Bandara Frans Kaisiepo saat ini sudah cukup memadai, dan memungkinkan komoditas perikanan langsung diterbangkan dari Biak ke negara tujuan ekspor lainnya di Asia,” ujarnya.