Bisnis.com, JAKARTA – Pelaku industri dan bisnis didorong untuk memanfaatkan energi baru terbarukan untuk mempercepat pertumbuhan green economy atau ekonomi hijau di Indonesia.
Direktur Eksekutif Institute for Essential Service Reform (IESR) Fabby Tumiwa mengatakan bahwa pemanfaatan EBT akan menghasilkan produk hijau (green product) yang lebih diminati.
Selain mampu mengurangi penggunaan energi fosil di kalangan industri, energi baru terbarukan (EBT) diyakini mampu menyerap dan menciptakan lapangan kerja baru.
“Dampak dari pemanfaatan EBT berkontribusi pada pembangunan yang berkelanjutan atau sustainable development goals (SDGs). Selain dapat mengurangi emisi karbon, penggunaan energi bersih juga membuka kesempatan lapangan kerja baru dan mengatasi pengangguran, sehingga mengakselerasi pertumbuhan ekonomi hijau,” katanya dalam keterangan resmi, Kamis (7/10/2021).
Badan Energi Terbarukan Internasional atau IRENA mencatat, sektor energi terbarukan tahun lalu menciptakan 11,5 juta pekerjaan secara global, di mana 3,8 juta pekerjaan berasal dari energi surya.
Selain itu, sebesar 63 persen pekerjaan baru tersebut berada di Asia yang menjadi pemimpin pasar energi terbarukan.
Baca Juga
Sementara itu, Managing Director Xurya Daya Indonesia Eka Himawan menjelaskan bahwa setiap proyek instalasi pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) atap yang dikerjakan melibatkan cukup banyak tenaga kerja baru.
“Jadi selain bertanggung jawab terhadap keberlanjutan lingkungan, setiap pelaku industri yang melakukan instalasi PLTS atap secara tidak langsung juga menyerap tenaga kerja baru, sehingga akan tercipta pertumbuhan ekonomi yang inklusif,” terangnya.
Tetapi, terciptanya lapangan kerja yang inklusif itu juga perlu didukung oleh kebijakan komprehensif dari berbagai pihak dengan menyediakan pendidikan dan pelatihan para pekerja di sektor energi hijau.
Selain itu, dukungan pemerintah dalam merumuskan kebijakan strategis berorientasi jangka panjang juga diperlukan untuk meningkatkan iklim investasi di sektor EBT.
“Dukungan dari berbagai pihak sangat dibutuhkan agar target green economy dapat tercapai dengan lebih terencana dan sistematis,” kata Fabby.