Bisnis.com, JAKARTA – Proses konstruksi gedung perkantoran pada kuartal III tahun ini tertunda akibat pandemi Covid-19. Hal itu mendorong pasokan ruang perkantoran di Jakarta dan sekitarnya tahun depan cukup besar.
Menurut Senior Associate Director Research Colliers International Indonesia Ferry Salanto, penundaan pelaksanaan konstruksi itu membuat ketiadaan pasokan baru ruang perkantoran sepanjang Juli hingga September 2021.
Dia mengemukakan bahwa pasok kumulatif tetap berada di angka 6,96 juta m2 untuk kawasan pusat bisnis (central business district/CBD) Jakarta dan 3,63 juta m2 di luar CBD.
Ferry memerinci total pasokan baru pada tahun depan diperkirakan mencapai 435.000 m2 dengan sekitar 78 persennya berada di CBD. “Namun, setelah itu, pertumbuhan pasokan kantor baru akan cenderung terbatas pada 2024 dan 2025,” ungkapnya dalam paparannya pada Rabu (6/10/2021).
Pasok Kumulatif Perkantoran Jakarta (m2)
Sumber: Colliers Indonesia
Mengenai tingkat hunian, berdasarkan hasil penelitian konsultan properti itu, pada kuartal III 2021 rerata tingkat hunian di CBD 78,7 persen, turun 0,5 persen dibandingkan dengan kuartal sebelumnya (quarter-to-quarter/qtq). Sementara itu, rerata tingkat hunian non-CBD 77,8 persen, turun 0,6 persen qtq.
Di CBD, rerata tingkat hunian kantor tertinggi adalah grade B dan Premium yang masih berada di angka 80,1 persen dan 79,9 persen. Untuk non-CBD, rerata tingkat hunian tertinggi adalah grade C yakni 85,6 persen.
Colliers memproyeksikan pada akhir tahun ini rerata tingkat hunian ruang perkantoran akan terangkat akibat terbatasnya pasokan baru di CBD.
Sementara itu, di luar CBD rerata tingkat hunian diprediksi menurun karena besarnya pasokan baru dan belum tingginya komitmen penyewa untuk gedung-gedung baru yang segera beroperasi.