Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah emiten tambang mengerek produksi batu baranya seiring dengan kenaikan harga batu bara acuan (HBA) untuk pasar ekspor menjadi US$161,63 per metrik ton.
Sekretaris Perusahaan PT Bukit Asam Tbk. Apollonius Andwie C mengatakan bahwa pihaknya terus memantau kenaikan harga batu bara saat ini. Emiten tambang berkode PTBA itu juga akan memanfaatkan momentum untuk meningkatkan produksi hingga 30 juta ton di 2021.
“Meningkatkan produksi menjadi 30 juta ton di 2021. Dengan target ekspor menjadi 47 persen di akhir tahun,” katanya kepada Bisnis, Rabu (6/10/2021).
Selama ini, perusahaan mengekspor batu bara ke sejumlah negara, yakni China, Taiwan, India, Filipina dan Vietnam. Kelima negara tersebut masuk ke dalam top 5 tujuan ekspor batu bara Bukit Asam.
Selain itu, kenaikan harga batu bara saat ini juga dinilai cukup positif sebagai penanda kondisi ekonomi global mulai bangkit.
Peningkatan harga ditopang oleh permintaan tinggi di pasar global, seiring dengan mulai pulihnya industri di sebagian besar negara.
Senada, PT Indika Energy Tbk. juga merevisi target produksi batu bara dengan kenaikan hingga 5,9 juta ton sepanjang 2021.
Head of Corporate Communication PT Indika Energy Tbk. Ricky Fernando menjelaskan bahwa perusahaan berencana meningkatkan produksi menjadi 35,7 juta ton melalui anak usahanya PT Kideco Jaya Agung. Target itu naik dari rencana sebelumnya, yakni 30 juta ton.
Selain itu, peningkatan produksi juga akan dilakukan di anak usaha Indika yang lain, yakni PT Multi Tambangjaya Utama (MUTU).
Target produksinya akan direvisi dari sebelumnya 1,4 juta ton menjadi 1,6 juta ton pada 2021. Lewat dua anak usahanya, Indika menaikan target produksi hingga 5,9 juta ton dari rencana awal.
“Kami akan berupaya semaksimal mungkin untuk mencapai target ini,” katanya.
Sementara itu, PT Adaro Energy Tbk. menyatakan optimismenya terhadap prospek bisnis baru bara sepanjang semester II/2021 seiring dengan kenaikan HBA. Meski begitu perusahaan mengaku tetap akan berhati-hati.
Head of Corporate Communication PT Adaro Energy Tbk. Febriati Nadira mengatakan bahwa perusahaan berupaya memaksimalkan keunggulan operasional bisnis inti, serta meningkatkan efisiensi dan produktivitas operasi.
Adaro juga akan mempertahankan posisi keuangan yang solid di tengah situasi sulit yang berdampak terhadap sebagian besar dunia usaha.
Meski demikian, Adaro tetap akan mengikuti perkembangan pasar dengan terus menjalankan kegiatan operasional sesuai rencana.
“Kami optimis terhadap prospek bisnis batu bara di semester II/2021 ini, namun akan tetap berhati-hati,” tuturnya.
Meski tidak menyebutkan jumlah peningkatan produktivitas, namun emiten berkode ADRO itu meyakini dalam jangka panjang pasar batu bara masih menjanjikan. Hal itu didukung oleh pertumbuhan permintaan, terutama wilayah Asia Tenggara dan Asia Selatan.
Sebelumnya, Harga batu bara terus merangkak sejak semester II/2021 seiring dengan tingginya permintaan dari pasar global, namun tidak didukung oleh pasokan yang memadai.
Harga batu bara di bursa ICE Newcastle untuk kontak Desember 2021 mencapai US$267 per metrik ton pada Rabu (6/10/2021).