Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Hadapi Risiko Global, BI Optimistis Sistem Keuangan RI Stabil di Semester II

Dalam Buku KSK No. 37 yang diterbitkan BI, Selasa (5/10/2021), disebutkan bahwa ketahanan sistem keuangan pada semester II/2021 akan tetap terkendali, terutama ditopang oleh aspek permodalan dan likuiditas perbankan yang memadai.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur di kantor Bank Indonesia, Jakarta, Kamis (16/5/2019)./ANTARA-Sigid Kurniawan
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur di kantor Bank Indonesia, Jakarta, Kamis (16/5/2019)./ANTARA-Sigid Kurniawan

Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) memperkirakan sistem keuangan pada semester II/2021 akan tetap terjaga stabil meski terdapat sejumlah risiko dari sisi eksternal.

Dalam Buku KSK No. 37 yang diterbitkan BI, Selasa (5/10/2021), disebutkan bahwa ketahanan sistem keuangan pada semester II/2021 akan tetap terkendali, terutama ditopang oleh aspek permodalan dan likuiditas perbankan yang memadai.

BI menyebut, sejumlah tantangan yang masih berisiko terhadap pemulihan ekonomi dan stabilitas sistem keuangan Indonesia adalah dinamika pandemi Covid-19 dan rencana normalisasi kebijakan moneter the Fed.

Pembatasan aktivitas dan kegiatan usaha masyarakat untuk meredam dampak pandemi Covid-19 pada akhir semester I/2021 berpotensi mempengaruhi ketahanan sistem keuangan dan akselerasi pemulihan, khususnya pada kuartal III/2021.

Hal ini menyebabkan tertahannya aktivitas usaha dan diikuti dengan penurunan pendapatan dan kinerja keuangan, baik korporasi maupun rumah tangga.

Jika berlarut, kondisi ini dinilai akan memberikan dampak rambatan pada perbankan melalui peningkatan risiko gagal bayar, sekaligus menahan permintaan pembiayaan.

Namun demikian, sejalan dengan optimisme penanganan Covid-19 yang semakin baik, pemulihan ekonomi dan sistem keuangan diperkirakan kembali berlanjut pada kuartal IV/2021.

Sejalan dengan itu, BI menyampaikan kinerja perekonomian Amerika Serikat yang terus membaik meningkatkan probabilitas the Fed untuk melakukan tapering melalui pengurangan stimulus moneter pada akhir 2021.

“Perubahan arah kebijakan ini berpotensi meningkatkan ketidakpastian di pasar keuangan global, sehingga mempengaruhi volatilitas aliran modal dan tekanan nilai tukar di negara berkembang, termasuk Indonesia,” tulis BI, Selasa (5/10/2021).

Meski demikian, BI optimistis dampak dari kebijakan tapering the Fed di masa pandemi ini akan lebih terkendali dibandingkan dengan tapering pada 2013.

Perkiraan tersebut sejalan dengan komunikasi the Fed yang lebih jelas dan terbuka, serta respons BI dengan langkah-langkah antisipasi melalui kebijakan triple intervention, monitoring, dan asesmen atas ketahanan sistem keuangan terhadap volatilitas nilai tukar.

BI menambahkan, kondisi fundamental ekonomi Indonesia saat ini juga lebih baik, tercermin dari jumlah cadangan devisa yang memadai untuk menahan fluktuasi nilai tukar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper