Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sri Mulyani Beri Update Stabilitas Sistem Keuangan RI di Tengah Gonjang-ganjing Global

Ketidakpastian global utamanya dipicu oleh dinamika terkait kebijakan tarif dari pemerintahan AS dan memunculkan eskalasi perang dagang.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memberikan pemaparan saat konferensi pers APBN KiTa di Jakarta, Kamis (13/3/2025). /  Bisnis-Himawan L Nugraha
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memberikan pemaparan saat konferensi pers APBN KiTa di Jakarta, Kamis (13/3/2025). / Bisnis-Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan stabilitas sistem keuangan pada kuartal I/2025 tetap terjaga di tengah meningkatnya ketidakpastian global.

Bendahara Negara selaku koordinator Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) tersebut menyampaikan bahwa ketidakpastian tersebut utamanya dipicu oleh dinamika terkait kebijakan tarif dari pemerintahan AS dan memunculkan eskalasi perang dagang. 

“Situasi dari sistem keuangan pada kuartal I/2025 tetap terjaga di tengah meningkatnya ketidakpastian perekonomian dan pasar keuangan global,” ujarnya dalam konferensi pers, Kamis (24/4/2025). 

Adapun KSSK telah menyelenggarakan rapat berkala kedua pada tahun ini, yang diselenggarakan pada 17 April 2025. 

Dalam hasil rapat tersebut menyepakati lembaga yang tergabung dalam KSSK akan terus meningkatkan kewaspadaan serta memperkuat koordinasi dan kebijakan untuk memitigasi potensi dampak rambatan faktor risiko global. 

“Sekaligus meningkatkan upaya untuk memperkuat perekonomian dan sektor keuangan dalam negeri,” lanjut Sri Mulyani. 

Pasalnya, kebijakan AS telah menimbulkan perang tarif dan diperkirakan berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi, baik AS, China, maupun ekonomi secara global. 

Kondisi tersebut pula memicu ketidakpastian pasar keuangan global dan ketidakpastian dalam tata kelola perdagangan dan investasi antarnegara. 

Alhasil, kebijakan dan ketidakpastian telah mendorong perilaku risk aversion atau penghindaran risiko dari para pelaku usaha termasuk pemilik modal serta menyebabkan penurunan dari yield US Treasury (UST) dan pelemahan indeks dolar (DXY). 

Perilaku risk aversion tersebut membuat aliran modal dunia mengalami pergeseran dari AS ke negara dan aset yang dianggap aman, termasuk emas. Aliran keluar modal terjadi di negara berkembang dan menimbulkan tekanan terhadap mata uang. 

Sementara kondisi ini terjadi di tengah peningkatan ekspektasi penurunan Fed Fund Rate oleh Federal Reserve.

Dana Moneter Internasional/Internasional Monetary Fund (IMF) pun merevisi ke bawah pertumbuhan ekonomi global dari 3,3% menjadi 2,8% pada 2025. Termasuk ekonomi Indonesia, yang direvisi ke bawah dari 5,1% menjadi 4,7% untuk 2025. 

Adapun sejalan dengan tarif resiprokal yang diumumkan pada 2 April 2025 atau awal kuartal II/2025, Sri Mulyani melihat risiko masih cukup tinggi. 

“Memasuki awal kuartal II/2025 downside risk dari global terpantau masih tinggi, sehingga perlu terus dicermati dan diantisipasi ke depan,” tuturnya. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper