Bisnis.com, JAKARTA – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika merevisi laporan terkait pantauan sambaran petir pada kejadian di Kilang Balongan. Dalam laporan terbarunya disebutkan bahwa pada malam kejadian itu telah terjadi sambaran petir di sekitar area kilang.
Direktur Utama PT Kilang Pertamina Internasional Djoko Priyono mengatakan bahwa pihak BMKG telah merevisi laporan pada 31 Maret 2021 melalui laporan ME.02.03/379/KLEM/III/2021 yang dikeluarkan pada 1 April 2021.
Dalam laporan terbaru itu disebutkan, sepanjang pukul 23:00–01.00 WIB pada 29 Maret 2021 terdapat awan cumulus yang membentuk awan hujan konvektif di sekitar area Kilang Balongan yang terbakar.
“BMKG semula dia menyatakan tidak ada, tapi melakukan revisi bahwa sepanjang 23.00–01.00 WIB memang terjadi kumpulan awan-awan dan juga terjadinya sambaran petir dalam radius 17 kilometer,” katanya dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR, Rabu (29/9/2021).
Djoko menambahkan, kondisi itu juga diperkuat dengan laporan dari PT PLN (Persero) melalui pemantauan alat lightning detection system (LDS). Dari pengukuran LDS terhadap radius 15 kilometer di area kilang, sepanjang pukul 23.00–01.00 WIB terdapat 241 sambaran petir.
“Inilah kondisi sebelum dan selama kejadian cuaca di sekitar kilang RU VI Balongan,” jelasnya.
Baca Juga
Dalam laporan sebelumnya, BMKG menegaskan bahwa kebakaran yang melanda Kilang Balongan di Indramayu, Jawa Barat bukan disebabkan oleh sambaran petir.
Kepala Pusat Seismologi Teknik, Geofisika Potensial, dan Tanda Waktu Rahmat Triyono mengatakan bahwa hal tersebut berdasarkan alat monitoring lightning detector yang berlokasi di BMKG Jakarta dan BMKG Bandung.
“Dari pukul 00.00 WIB hingga 02.00 WIB, bahwa tidak terdeteksi adanya aktivitas sambaran petir di wilayah Kilang Balongan, Indramayu,” ujarnya.
Dia mengatakan bahwa kebakaran di Kilang Balongan milik Pertamina di Indramayu sekitar pukul 00.45 WIB, telah ditindaklanjuti BMKG dengan melakukan analisa terhadap kejadian sambaran petir di sekitar lokasi kejadian.
BMKG melaksanakan monitoring aktivitas sambaran petir di seluruh wilayah Indonesia dengan menggunakan alat pendeteksi petir di 56 lokasi. Alat monitoring tersebut terpasang di 11 stasiun BMKG dan di Pulau Jawa untuk memantau aktivitas petir dari Banten hingga Jawa Timur.
Berdasarkan hasil monitoring alat kelistrikan udara, kata Rahmat, pada saat kejadian kebakaran sekitar pukul 00.00–02.00 WIB, menunjukkan kerapatan petir berkumpul pada bagian barat Kilang Balongan sejauh kurang lebih 77 kilometer, yaitu di sekitar Subang dengan klasifikasi tingkat kerapatan petir sedang hingga tinggi.
“Monitoring dilakukan menggunakan alat lightning detector dengan resolusi alat monitoring BMKG efektif pada radius 300 kilometer,” jelasnya.