Bisnis.com, JAKARTA — Pelemahan ekspor kopi merembet ke industri kecil menengah (IKM) dalam negeri. CV Frinsa Agrolestari, produsen kopi asal Jawa Barat, sepanjang tahun ini mengalami penurunan kinerja ekspor hingga sepertiga jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Direktur Frinsa Agrolestari Wildan Mustofa mengatakan harga kopi yang melonjak di pasar dunia belum dapat dirasakan oleh pelaku dalam negeri karena kendala logistik. Kelangkaan kontainer dan tingginya ongkos pengapalan menjadi masalah yang belum terurai.
"Kontainernya sudah susah, ongkos kirim naik 3–4 kali lipat, itu pun susah dapat kontainernya," kata Wildan, kepada Bisnis, Selasa (28/9/2021).
Kendala logistik pun mengganggu arus kas perusahaan. Pasalnya, waktu pengapalan sangat molor dibandingkan dengan kondisi normal. Misalnya, untuk mengirim sampel pascapanen, kini dibutuhkan waktu kurang lebih dua bulan, dari awalnya hanya satu minggu.
Faktor tersebut menahan upaya perusahaan untuk melakukan perluasan pasar ekspor. Frinsa Agrolestari sejauh ini telah mengekspor hasil produksi ke berbagai negara seperti Australia, Norwegia, Amerika Serikat, dan China.
"Kami sangat ingin mengembangkan pasar, tetapi masalahnya logistik," lanjut Wildan.
Sementara itu, dari sisi produksi dia melihat adanya penurunan produktivitas di tingkat petani. Ketua Bidang Kopi Specialty dan Industri, Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEIKI) Moelyono Soesilo menambahkan, produksi kopi dalam negeri mengalami stagnasi dalam lima tahun terakhir.
Menurutnya, faktor perawatan tanaman dan pemupukan menjadi kendala utama yang menahan pertumbuhan produksi kopi Indonesia.
"Kami butuh pupuk, petani masih kesulitan, sedangkan pemerintah lebih mengutamakan tanaman bahan pangan, untuk sektor perkebunan agak diabaikan," ujarnya.