Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gula Petani Tak Laku, Gara-Gara Izin Impor Gula Rafinasi?

APTRI menduga izin impor gula rafinasi menjadi penyebab gula petani tidak laku di pasar.
Alat khusus pengangkat mengatur tumpukan karung berisi gula rafinasi di salah satu pabrik di Makassar, Sulsel, beberapa waktu lalu./Bisnis-Paulus Tandi Bone
Alat khusus pengangkat mengatur tumpukan karung berisi gula rafinasi di salah satu pabrik di Makassar, Sulsel, beberapa waktu lalu./Bisnis-Paulus Tandi Bone

Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) mengeluhkan gula hasil produksi petani tebu tidak terserap optimal di pasar pada kuartal III/2021.

Ketua Umum APTRI Soemitro Samadikun mensinyalir hal itu disebabkan lantaran adanya persetujuan impor sebesar 3,1 juta ton gula kristal rafinasi (GKR) atau gula rafinasi untuk industri makanan, minuman dan farmasi pada tahun ini.

“Ini sudah bulan ke sembilan, harusnya gula produksi [petani] kita ini diminati oleh pedagang tetapi ternyata gula ini banyak yang tidak terserap,” kata Soemitro saat Webinar Modernisasi Gula Negara, Selasa (28/9/2021).

Laporan dari pabrik gula BUMN, swasta, dan Perum Bulog memperlihatkan bahwa stok gula per 17 September berada di angka 1,19 juta ton. Dengan kebutuhan rata-rata bulanan sebesar 234.000 ton, stok tersebut diproyeksi bisa memenuhi kebutuhan selama 5,1 bulan ke depan.

Dari jumlah stok tersebut, 1,12 juta ton di antaranya merupakan gula kristal putih (GKP) dari tebu produksi dalam negeri, sementara GKP asal gula mentah impor sebanyak 37.127 ton. Adapun stok gula yang dikelola Perum Bulog berjumlah 9.649 ton.

“Kalau gula konsumsi yang kita produksi dan impor ini tidak bisa terserap pasar, dugaan kami pasti ada gula lain yang masuk karena impor untuk raw sugar, gula rafinasi tetap 3,2 juta ton ini izinnya yang sudah diterbitkan akhir tahun lalu,” kata dia.

Konsekuensinya, kata dia, petani tebu di sejumlah daerah mengalami kerugian berturut-turut sejak 2019. Gula dari petani sempat disetujui untuk dibeli oleh sejumlah importir senilai Rp11.500 pada tahun lalu, tetapi rencana itu tidak kunjung terealisasi.

Belakangan, petani juga berupaya menjual gula dengan harga di kisaran Rp10.500 kepada Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) dan PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero). Dia mengatakan penawaran petani itu juga tidak terwujud.

“Tidak laku juga, jadi kita ini turun hasil gula kita tahun ini, tidak ada petani hari ini yang menjual gula di atas Rp11.000, di atas Rp10.500 saja sudah jagoan itu,” kata dia.

Berdasarkan catatan APTRI, rata-rata produksi gula dari petani sebesar 5,14 ton per hektarare di atas lahan seluas 418.000 hektare setiap tahunnya. Setelah melalui bagi hasil dengan pabrik gula terkait, produksi gula dari petani berada di kisaran 3,39 ton per hektare.

“Ini menunjukkan biaya tebang, angkut, termasuk biaya produksi gula setelah digiling di pabrik gula dipotong bagi hasil atau upah maka biaya pokok kita sangat tinggi,” kata dia.

Sebelumnya, Kementerian Perindustrian menyebut sesuai hasil Rapat Koordinasi Terbatas (Rakortas) tingkat menteri yang dilaksanakan pada 14 Desember tahun lalu disepakati alokasi kebutuhan GKR untuk industri mamin dan farmasi di dalam negeri pada 2021 sebesar 3,1 juta ton GKR.

Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian Abdul Rochim mengatakan angka itu setara dengan 3,3 juta ton raw sugar. Menurutnya pada akhir Desember 2020 telah diterbitkan persetujuan impornya sebesar 1,9 juta ton untuk kebutuhan semester I/2021.

“Sementara berdasarkan hasil Rakortas pada 26 Januari 2021 telah disepakati bahwa kebutuhan GKR untuk kebutuhan industri maminfar pada semester II sebesar 1,3 juta ton akan segera diterbitkan dalam waktu dekat ini,” katanya melalui siaran pers, Senin (8/2/2021).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper