Bisnis.com, JAKARTA– Kementerian Koperasi Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop UKM) dan Komisi VI DPR RI mendorong kemitraan industri besar dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Konsep kemitraan ini, tidak hanya mencakup bagaimana UMKM menjadi pemasok industri besar tapi juga proses transfer knowledge dan mindset business, dan sebagainya.
Hal ini mengemuka dalam kunjungan Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki dan Anggota Komisi VI DPR RI, Siti Mukaromah ke sejumlah UMKM di Tegal dan Banyumas, pada 25-26 September 2021 kemarin.
“Mereka yang memilih di sektor UMKM adalah mereka yang tidak diterima di sektor formal. Namun, ketika membuat usaha mandiri, lalu tidak dilakukan dengan perencanaan yang baik maka hasilnya tidak akan maksimal. Sehingga harus memulainya by design,” papar Menkop UKM, Teten Masduki, Senin (27/9/2021).
Kemitraan antara industri besar dan UMKM, menurutnya, tidak hanya mengatasi permasalahan pemasaran produk tapi juga menjadi proses dari transfer knowledge, dan mindset business. “Kalau permasalahan di daerah adalah tenaga kerja, maka sektor ini akan mampu menjawab bagaimana UMKM menyerap tenaga kerja,” kata Teten menambahkan.
Teten meyakini, bahwa kedepannya UMKM dapat menjadi tulang punggung perekonomian nasional. Tidak hanya manufaktur, tapi juga industri makanan dan minuman yang melibatkan UMKM. “Kalau ada kepastian produk industri, maka pembiayaan perbankan akan semakin berani,” ujarnya.
Hal yang sama diungkapkan Anggota Komisi VI DPR RI, Siti Mukaromah. Menurutnya, kemitraan industri besar dan UMKM tidak hanya mendorong produksi UMKM secara kuantitas tapi juga kualitas.
“Kalau sudah bermitra, maka UMKM secara kualitas harus menyesuaikan dengan kebutuhan industri besar. Misalnya dari segi kualitas produk yang memiliki daya saing, maupun packaging produk,” tambah Erma, sapaan akrabnya.
Dirinya juga menyoroti digitalisasi UMKM. Dalam situasi pandemi, dimana permintaan produk mengalami penurunan maka UMKM harus dapat memanfaatkan teknologi digital dalam melakukan pemasaran produk.
Erma menilai, bahwa setiap daerah harus memiliki kreaktifitas dalam menonjolkan kekhasan produk. “Wujudkan Tegal sebagai Jepangnya Indonesia. Kembangkan UMKM dengan mengadopsi perkembangan teknologi dan kesesuaian dengan permintaan pasar,” ujarnya yang disambut tepuk tangan pelaku UMKM yang hadir.
Kalau Purbalingga terkenal dengan produksi knalpotnya, maka misalnya di Tegal terkenal tidak hanya produksi makanannya tapi juga produk logam, lalu di Banyumas produk brown sugar dan industri otomotif. “Industri makanan, logam, otomotif, peternakan, dan sebagainya harus terus didorong agar potensi-potensi daerah muncul ke permukaan bahkan berorientasi ekspor,” ujar Anggota Badan Anggaran (Banggar) ini.
Dalam dua hari kunjungan, lokasi dan sentra UMKM yang dikunjungi yakni Koperasi Tegal Manufaktur Indonesia yang berisi UMKM yang memproduksi logam. Kemudian di Banyumas kunjungan ke Koperasi Desa Sejahtera Astra Semedo Manise yang berisi UMKM produsen brown sugar, UMKM Bengkel Yayasan Dana Bakti Astra (YDBA) atau Bengkel Toseng yang merupakan UMKM yang bergerak pada perbaikan kendaraan (bengkel), serta UMKM Pande Besi yang memproduksi berbagai alat pertanian dan pertukangan. Rombongan juga mengunjungi Rach Domba dan Sapi Desa Karang Tengah, Banyumas. Turut hadir mendampingi, Bupati Tegal Umi Azizah, Bupati Banyumas Achmad Husein dan Wakil Bupati Banyumas Sadewo Tri Lastiono.