Bisnis.com, JAKARTA — Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi S. Lukman mengatakan produk halal Indonesia masih relatif sulit untuk menembus pasar Eropa. Kendati, Adhi menuturkan, terdapat peningkatan dari sisi volume ekspor produk halal setiap tahunnya.
“Kalau ke Eropa saya yakin meningkat produk ekspornya,” kata Adhi melalui sambungan telepon kepada Bisnis, Jumat (24/9/2021).
Hanya saja, Adhi menerangkan, produk ekspor Indonesia masih terkendala kebijakan diskriminasi tarif yang diterapkan oleh Uni Eropa. Selain adanya standar keamanan pangan dan pelestarian lingkungan yang mesti dipenuhi untuk masuk ke pasar Eropa.
“Untuk produk-produk seperti kakao dan coklat di mana dari negara-negara Afrika itu nol persen, tetapi dari Indonesia masih dikenakan tarif antara enam hingga sembilan persen,” kata dia.
Sebelumnya, Atase Perdagangan RI di Prancis Ruth Joanna Samaria mengakui kinerja ekspor produk halal dalam negeri relatif sulit untuk menembus pasar Eropa. Malahan, Indonesia hanya berhasil mengirimkan produk daging halalnya senilai US$5,000 atau menempati posisi ke-42 pada tahun lalu.
Padahal, Ruth menuturkan, jumlah penduduk muslim di Prancis mencapai di posisi 3,35 juta pada 2020. Populasi penduduk muslim itu diperkirakan bakal meningkat mencapai 8,6 juta pada tahun ini.
Baca Juga
Sementara, 30 persen total belanja penduduk muslim Prancis dihabiskan untuk makanan. Setiap tahunnya, penduduk muslim Prancis mengkonsumsi 400.000 ton daging.
“Impor daging ke Prancis nomor 1 Jerman, nomor 23 itu Republik Islam Iran, Indonesia di posisi ke-42. Cukup berat pesaing kita untuk masuk ke pasar Eropa, ini hanya gambaran produk daging,” kata Ruth dalam webinar FTA Center bertajuk Potensi Produk Halal Indonesia di Pasar Eropa, Jumat (24/9/2021).
Di sisi lain, Ruth mengatakan, produk halal Indonesia juga mendapat tekanan dari pasar domestik. Alasannya, 70 persen penduduk muslim di Prancis berasal dari negara yang terletak di Afrika Utara seperti Aljazair, Maroko dan Tunisia.
“Di dalam negeri Prancis sendiri ada pesaing-pesaing yang kuat,” kata dia.
Berdasarkan catatan Atase Perdagangan RI di Perancis, Indonesia berada di urutan 45 di bawah Vietnam (25), Thailand (34), Malaysia (35) dan Singapura (44) terkait dengan realisasi impor Prancis pada paruh pertama tahun ini.
Adapun lima besar produk impor Prancis dari Indonesia di antaranya alas kaki senilai US$177,9 juta, mesin elektrik mencapai US$193,1 juta, mebel sebesar US$65,01 juta, minyak kelapa sawit mentah atau CPO senilai US$77,67 juta dan pakaian sebesar US$50,1 juta.
“Prancis pasar yang sudah cukup lama karena target seluruh ekspor di dunia,” tuturnya.