Bisnis.com, JAKARTA – Gubernur Federal Reserve Jerome Powell mengatakan bank sentral Amerika Serikat dapat memulai pengurangan program pembelian obligasi atau tapering pada November tahun ini dan menyelesaikan prosesnya pada pertengahan 2022.
Dilansir Bloomberg, Powell yang menjelaskan langkah pertama bank sentral AS untuk menarik dukungan pandemi darurat untuk ekonomi, mengatakan kepada wartawan bahwa tapering bisa dilakukan segera setelah pertemuan kebijakan berikutnya.
Rencana tapering ini mengacu pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) The Fed selanjutnya pada 2-3 November 2021. Namun, ia mengungkapkan tetap membuka kemungkinan untuk menundanya lebih lama jika diperlukan.
Powell juga menekankan bahwa tapering bukanlah sinyal langsung mengenai waktu kenaikan suku bunga.
"Waktu dan kecepatan pengurangan pembelian aset yang akan datang tidak akan dimaksudkan untuk membawa sinyal langsung mengenai waktu kenaikan suku bunga," katanya usai pertemuan FOMC, Rabu (22/9/2021).
The Fed juga menerbitkan proyeksi kuartalan terbaru yang menunjukkan para pejabat saat ini berbeda pendapat secara imbang mengenai rencana untuk mulai menaikkan suku bunga acuan pada tahun depan.
Sikap ini cenderung hawkish, karena pada bulan Juni, proyeksi median anggota FOMC menunjukkan tidak ada kenaikan suku bunga acuan hingga 2023.
‘Dot Plot’ Baru The Fed
"Kami melihat Fed yang semakin hawkish," ungkap kepala ekonom Grant Thornton LLP, Diane Swonk kepada Bloomberg setelah pidato Powell.
Dalam rapat kebijakan yang berakhir hari ini, FOMC memutuskan mempertahankan kisaran suku bunga acuan pada 0 – 0,25 persen dan melanjutkan program pembelian obligasi dan sekuritas berbasis hipotek senilai US$120 miliar per bulan.
The Fed juga merilis proyeksi suku bunga acuan untuk 2024 untuk pertama kalinya, dengan median menunjukkan suku bunga acuan mencapai 1,8 2024 pada akhir tahun itu. Median untuk tahun 2023 juga naik menjadi 1 persen dari 0,6 persen dalam proyeksi Juni.
Tingkat pengangguran AS turun menjadi 5,2 persen pada Agustus, jauh di bawah puncak April 2020 sebesar 14,8 persen. Namun, angka tersebut masih berada di atas level sebelum pandemi sebesar 3,5 persen pada Februari 2020.