Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Hilirisasi Batu Bara: Perusahaan Didorong Bentuk Konsorsium

Pemerintah mendorong perusahaan tambang batu bara, yang beroperasi di Sumatra Selatan, untuk membentuk konsorsium guna pengembangan hilirisasi komoditas itu.
Aktivitas pemindahan muatan batu bara dari tongkang ke kapal induk dengan floating crane./indikaenergy.co.id
Aktivitas pemindahan muatan batu bara dari tongkang ke kapal induk dengan floating crane./indikaenergy.co.id

Bisnis.com, PALEMBANG – Pemerintah mendorong perusahaan tambang batu bara, yang beroperasi di Sumatra Selatan, untuk membentuk konsorsium guna pengembangan hilirisasi komoditas itu.

Direktur Pembinaan Pengusahaan Batu Bara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sujatmiko mengatakan sumber daya batu bara yang melimpah di Sumsel harus dioptimalkan dengan melakukan hilirisasi produk.

“Mulai dari perusahaan berskala kecil hingga menengah dapat membentuk konsorsium ataupun bekerja sama dengan perusahaan besar untuk menciptakan produk turunan ini,” ujar Sujatmiko di Palembang, Selasa (21/9/2021).

Dia memaparkan saat ini ada beberapa inovasi produk hilir batu bara. Mulai dari gasifikasi batu bara, metanol hingga pupuk organik.

Namun demikian, kata dia, hilirisasi batu bara membutuhkan kajian ilmiah serta biaya yang tidak sedikit.

Oleh karena itu, pihaknya pun menyarankan agar pengusaha tambang untuk membentuk sebuah konsorsium yang fokus dalam pengembangan produk tersebut.

Apalagi, kata dia, penggunaan batu bara akan semakin berkurang pada masa depan. Seiring perjanjian sejumlah negara dunia yang akan mengurangi emisi gas buang dunia. 

“Agar tetap berkelanjutan, pengusaha diharapkan dapat segera melakukan pengembangan produk hilirisasi ini,” katanya

Menurut Sujatmiko, saat ini ada dua produk turunan batu bara yang sedang dalam tahap persiapan produksi.

Pertama, dimethyl ether (DME) yang merupakan produk gasifikasi batu bara. Produk tersebut tengah dikembangkan dua perusahaan, yakni PT Bukit Asam Tbk yang telah bekerjasama dengan Pertamina, dan Perusahaan dari Amerika Serikat, Air Products and Chemicals. 

“DME ini bisa menutupi kebutuhan gas elpiji kita yang selama ini masih impor. Sehingga, dapat menghemat cadangan devisa dan neraca perdagangan,” ujarnya.

Produk lainnya, yakni methanol yang dikembangkan oleh PT Kaltim Prima Coal bekerjasama dengan Air Products and Chemicals.

Produk itu dapat digunakan sebagai bahan bakar industri petrokimia, bahan bakar kapal dan bahan bakar hijau B30 dari kelapa sawit.

“Kedua produk tersebut diharapkan bisa diproduksi 2024 mendatang,” ujarnya. 

Sementara produk lainnya yang sedang dalam tahap pengembangan yakni pupuk organik cair. Produk itu tengah dikembangkan oleh industri batu bara di Sumsel dan Lampung. 

“Mudah-mudahan, melalui kerjasama antar perusahaan, produk turunan batu bara bisa lebih banyak lagi,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dinda Wulandari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper