Bisnis.com, JAKARTA – Perum Bulog masih menunggu keputusan dari rapat koordinasi lintas kementerian dan lembaga mengenai importasi jagung pakan menyusul gejolak harga komoditas di dalam negeri.
"Kami masih menunggu hasil rakortas. Rencananya dalam waktu dekat [dilaksanakan]," kata Sekretaris Perusahaan Umum (Perum) Bulog Awaluddin Iqbal saat dimintai konfirmasi, Rabu (22/9/2021).
Sejauh ini, Perum Bulog tidak menyimpan stok jagung pakan dalam rangka stabilisasi harga. Tetapi data Kementerian Pertanian menunjukkan total stok yang tersebar di pabrik sampai distributor mencapai 2,6 juta ton.
"[Stok] akan segera diadakan sesuai hasil rapat," tambah Awaluddin.
Dihubungi terpisah, Ketua Umum Asosiasi Peternak Layer Nasional Musbar Mesdi menyebutkan volume impor jagung pakan belum diputuskan oleh pemerintah. Berdasarkan informasi yang dia terima, pemerintah masih menghitung neraca terkini komoditas tersebut.
Musbar menjelaskan kebutuhan jagung pakan untuk peternak mandiri mencapai 180.000 ton per bulan. Sementara untuk peternak dalam gabungan koperasi berkisar 28.000 ton per bulan.
"Sebenarnya untuk gejolak jagung sudah mulai mereda karena pemerintah mulai mendistribusikan jagung subsidi. Kami sedang menunggu realisasinya," kata Musbar.
Selain berhadapan dengan harga pakan yang tinggi, Musbar menyebutkan bahwa peternak layer kini juga kesulitan menjual telur akibat lemahnya serapan pasar. Harga jual telur bahkan menyentuh Rp14.000 per kilogram di tingkat peternak, jauh dari acuan yang ditetapkan di Rp19.000 per kg sampai Rp21.000 per kg.
"Jadi selain masalah jagung, serapan telur juga rendah. Meskipun harga jagung turun nantinya, tidak ada kepastian pasar menyerap," tambahnya.
Data Kementerian Pertanian menunjukkan stok jagung per 6 September 2021 berjumlah 2,61 juta ton. Stok paling banyak berada di Jawa Timur, yakni 755.507 ton yang sebanyak 203.969 ton di antaranya berada di pabrik pakan.
Sementara dari 405.347 ton stok yang berada di Jawa Tengah, stok di pengepul mencapai 297.520 ton dan di pabrik pakan 106.332 ton.