Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia terus mendorong kerja sama ekonomi secara komprehensif dengan Australia melalui perjanjian bilateral Indonesia-Australia Comprhensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA). Salah satu kerja sama yang berpotensi dibangun adalah di proyek baterai listrik mobil listrik.
Toto Nugroho Pranatyasto, CEO Indonesian Battery Company (IBC) atau PT Industri Baterai Indonesia, mengatakan bahwa terdapat potensi kerja sama strategis untuk sisi hulu yang bisa dibangun oleh Indonesia dan Australia.
"Yang strategis itu di sisi hulu, di mana produksi baterai untuk kendaraan listrik [electric vehicle/EV] kita membutuhkan impor lithium dalam jumlah yang banyak. Sementara, Australia memiliki 44 persen cadangan lithium di dunia, dan menurut saya itu adalah area strategis yang bisa kita bahas," ujar Toto pada webinar IA-CEPA: Supporting Economic Recovery Through Partnership, Selasa (21/9/2021).
Selain di sisi hulu, Toto menyebut terdapat sejumlah area strategis pada rantai pasok (supply chain) lainnya yang bisa dibidik untuk kerja sama bilateral di bidang kendaraan listrik.
Contohnya, kerja sama dengan sejumlah perusahaan di Australia pada bidang Energy Storage System (ESS), dan ekspor mobil listrik ke Australia yang tengah mencoba mengadopsi kendaraan tersebut.
"Saya pikir ini sangat strategis pada aspek biaya logistik. [Australia] menjadi pasar yang sangat kami bidik, selain kawasan ASEAN, untuk produksi mobil listrik," terang Toto.
Baca Juga
Dalam paparannya, IBC menyampaikan setidaknya ada 6 (enam) bidang kerja sama yang potensial seperti dari smelting/refining; bahan kimia dan komponen baterai; cell and pack; ekosistem mobil listrik dan infrastruktur untuk kendaraan roda dua dan empat; ESS; serta daur ulang (recycling) baterai.
Tidak hanya itu, IBC melihat potensi kerja sama potensial dengan Australia juga bisa berbentuk capacity building untuk meningkatkan kompetensi, keterampilan, dan pengetahuan di bidang baterai mobil listrik dan ekosistem industrinya.
Menteri Perdagangan, Pariwisata, dan Investasi Australia Dan Tehan menuturkan bahwa melalui IA-CEPA, pemerintah dari kedua negara saling mendukung kepentingan yang sama untuk membangun wilayah yang aman dan sejahtera.
Untuk itu, perjanjian yang resmi berlaku sejak 5 Juli 2020 ini akan mendukung kegiatan investasi, perdagangan barang dan jasa, serta peningkatan kapasitas sumber daya manusia, terutama pada masa penting pemulihan ekonomi dari pandemi Covid-19.
Program Katalis, yang berada di bawah perjanjian kemitraan IA-CEPA, diciptakan untuk membantu menumbuhkan kemitraan bisnis di Indonesia dan Australia. Tehan mengatakan pemerintah Australia telah mengucurkan A$40 juta (AUD) untuk mendukung program Katalis.
“Katalis merupakan program pertama semacamnya di bidang perjanjian perdagangan bebas bilateral, dan menunjukkan komitmen Australia untuk memaksimalkan kesepakatan kita. Katalis akan mendukung kemitraan yang lebih dalam untuk meningkatkan investasi perdagangan bilateral,” jelas Tehan.