Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI) menilai bahwa pembangunan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) terintegrasi merupakan sebuah keniscayaan.
Ketua Umum Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI) Fabby Tumiwa mengatakan bahwa industri hijau terintegrasi akan sangat diperlukan di masa depan, tidak lagi sekadar pemenuhan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).
“Tapi membangun industri yang terintegrasi itu sebuah keniscayaan karena ke depan dalam pandangan kami teknologi solar modul akan jadi komoditas yang mungkin kayak sekarang itu minyak yang sangat strategis,” katanya saat webinar, Senin (13/9/2021).
Dia menjelaskan bahwa strategi transisi energi terbarukan di sejumlah negara tergolong tinggi. Sebab itu, Indonesia perlu membangun industri PLTS terintegrasi agar dapat bersaing secara global.
Kementerian ESDM mencatat kesiapan industri dalam negeri untuk mencapai 3,6 Gw pada 2025, terdapat kebutuhan pasar 600 Mwp - 1.200 Mwp.
Sementara itu, saat ini baru ada 17 pabrikan modul dengan kapasitas 524 Mwp dan maksimum kapasitas per modul surya yang dapat diproduksi di dalam negeri hanya 440 Wp.
Baca Juga
“itu baru bicara modul surya. Kalau kita bicara terintegrasi artinya harus dibangun sel surya, wafer, ingot sampai ke produksi silikon. Ingat beberapa waktu ini ada kendala di bahan baku silikon,” katanya.
AESI juga mendorong pemerintah untuk menggencarkan pembangunan PLTS di masa depan untuk mencapai target pemanfaatan bauran energi terbarukan hingga 23 persen pada 2025.
“Kami ingn menjadikan PLTS sebagai kesempatan untuk ruang kerja hijau. Jadi ini peluang kerja hijau, ada target sekian gigawatt, itu membutuhkan tenaga kerja tapi juga menimbulkan peluang usaha,” ujarnya.