Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Biaya Murah dan Instalasi Cepat Jadi Alasan Pemerintah Kebut PLTS Atap

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengutamakan instalasi yang cepat dengan biaya bersaing untuk mengembangkan energi terbarukan.
Suasana instalasi panel surya dari ketinggian di Masjid Istiqlal, Jakarta, Kamis (27/8/2020). Penggunaan pembangkit listrik tenaga surya ini sebagai upaya mendukung penggunaan energi yang ramah lingkungan, efektif dan efisien. Bisnis/Himawan L Nugraha
Suasana instalasi panel surya dari ketinggian di Masjid Istiqlal, Jakarta, Kamis (27/8/2020). Penggunaan pembangkit listrik tenaga surya ini sebagai upaya mendukung penggunaan energi yang ramah lingkungan, efektif dan efisien. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengutamakan instalasi yang cepat dengan biaya bersaing untuk mengembangkan energi terbarukan.

Direktur Aneka Energi Baru dan Terbarukan Kementerian ESDM Chrisnawan Anditya mengatakan bahwa instalasi cepat dan biaya yang bersaing menjadi syarat dalam mempercepat proses pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT), salah satunya pembangkit listrik tenaga surya atau PLTS atap.

“Pengembangan energi terbarukan difokuskan kepada instalasi yang cepat dan biaya produksi yang bersaing, salah satunya yakni PLTS atap,” katanya saat webinar refleksi empat tahun gerakan nasional sejuta surya atap (GNSSA), Senin (13/9/2021). 

Dia menuturkan, pemerintah pun saat ini terus berupaya untuk meningkatkan pemanfaatan tenaga surya dengan menyusun Rancangan Peraturan Menteri (Permen) ESDM yang ramah bagi pengguna PLTS atap.

Menurutnya, salah satu poin yang diatur dalam regulasi yang sedang disusun itu adalah memperluas penggunaan PLTS atap dan meningkatkan nilai keekonomiannya.

Hingga Juli 2021, pengguna PLTS atap baru menyentuh 4.028 pelanggan dengan total daya yang dihasilkan mencapai 34,56 megawatt peak (MWp).

Jumlah tersebut didominasi oleh segmen rumah tangga yang mencapai 3.300 pelanggan dengan daya 8,7 MWp. Sementara itu, pada segmen bisnis terdapat 299 pelanggan yang menghasilkan 5,7 MWp.

Kemudian, segmen sosial 255 pelanggan dengan 5,4 MWp, pemerintah 133 pelanggan dengan 4,1 MWp, sektor industri 28 pelanggan dengan 11,5 MWp, dan layanan khusus 13 pelanggan yang menghasilkan 0,1 MWp.

Meski Industri merupakan salah satu sektor dengan pelanggan paling sedikit, segmen tersebut memasang daya lebih besar dibandingkan dengan sektor lainnya.

Ketua Umum Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI) Fabby Tumiwa mengatakan bahwa terjadi peningkatan peminat PLTS atap dari kalangan industri.

Minat itu, menurutnya, akan terus tumbuh seiring dengan munculnya kesadaran industri untuk menghasilkan green product dengan mengoptimalkan konsumsi listrik dari energi terbarukan.

“Pemerintah harus dapat mendukung realisasi pemanfaatan energi terbarukan, yakni PLTS atap melalui regulasi yang mendukung dan memudahkan,” katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rayful Mudassir
Editor : Lili Sunardi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper