Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Begini Pentingnya Peran Perencana Kota untuk Lewati Pandemi Covid

Para perencana wilayah dan kota perlu mengatur bagaimana tata ruang tidak berpotensi menimbulkan kerumunan agar menekan potensi penularan virus Covid-19.
Ilustrasi permukiman padat yang berpotensi menularkan virus Covid-19, sehingga memerlukan ahli bidang perencanaan untuk menatanya./Pixabay
Ilustrasi permukiman padat yang berpotensi menularkan virus Covid-19, sehingga memerlukan ahli bidang perencanaan untuk menatanya./Pixabay

Bisnis.com, JAKARTA – Perencanaan wilayah dan kota serta profesi perencana memiliki peran penting dalam mendukung bangsa Indonesia untuk melewati pandemi Covid-19, menurut Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin.

Budi mengemukakan pada dasarnya peningkatan kasus infeksi Covid-19 terjadi akibat adanya kerumunan penduduk. Dengan ketidakpastian mengenai kapan pandemi akan berakhir, menjadi penting bagi para perencana wilayah dan kota perlu mengatur bagaimana tata ruang tidak berpotensi menimbulkan kerumunan.

“Selain itu, penting bagaimana tata ruang dan rancang bangunan dapat mengakomodasi lebih banyak ruang terbuka, sirkulasi udara, dan cahaya matahari untuk mematikan virus,” ungkapnya pada webinar AlumniBicara #2 dengan tema Perencanaan di Masa Pandemi: Bagaimana Mempersiapkan Ruang di Masa Depan.

Kegiatan pada Sabtu (11/9/2021) itu digelar sebagai rangkaian dari peringatan hari ulang tahun Planologi ITB ke-62, dilaksanakan Ikatan Alumni Planologi ITB (API) bersama-sama dengan Ikatan Ahli Perencanaan (IAP) Indonesia dan Himpunan Mahasiswa Teknik Planologi Pangripta Loka ITB.

Budi pun mengajak semua hadirin untuk dapat menghadapi badai pandemi ini seperti nenek moyang bangsa Indonesia, para pelaut, menghadapi badai di lautan.

“Badai pandemi perlu dihadapi dengan memahami dengan baik karakter badainya dan bersama-sama secara kompak menggunakan kepandaian dan keahlian kita semua,” kata Menkes sebagai keynote speech.

Budi Sadikin juga kembali mengingatkan pentingnya memahami pandemi melalui data dan riset serta upaya untuk meratakan kurvanya agar perencanaan dapat menghasilkan kebijakan yang paling tepat untuk membawa Indonesia keluar dari pandemi.

Webinar ini menghadirkan narasumber dari berbagai institusi, mulai dari Bappeda DKI Jakarta, Tim Akselerasi Pembangunan Jawa Barat, The World Wide Fund for Nature (WWF), Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, dan Telkom University.

Pada acara tersebut, Ketua Tim Akselerasi Pembangunan Jabar Diding Sakri menyampaikan bahwa perencanaan perlu memerhatikan karakter pandemi dan dampaknya yang bersifat regional, terutama terkait dengan ekonomi dan ketenagakerjaan.

Diding menyebut kasus Covid terkonsentrasi di perkotaan yang didominasi kegiatan sektor manufaktur dan jasa. Pemprov Jabar memfokuskan vaksinasi di daerah-daerah dengan kasus infeksi covid terbesar dan saat ini vaksinisasi di provinsi itu adalah yang tercepat di Jawa.

Di Jabar, terjadi penurunan sebanyak 700.000 pekerjaan di hampir semua sektor kecuali pertanian, kehutanan, dan perikanan yang diiringi penurunan PDRB sekitar Rp1.520 triliun.

Diding mengutip survei Abdul Latif Jameel Poverty Action Lab (J-PAL) yang menunjukkan ada fenomena migrasi sementara dari kota ke desa yang cukup signifikan sebanyak 700.000 orang selama pandemi, untuk mencari pekerjaan akibat parahnya kondisi di perkotaan. Kondisi ini menjadi tren baru yang perlu diantisipasi oleh perencanaan wilayah dan kota.

Sementara dari perspektif perencanaan kota, Kepala Bappeda DKI Jakarta Nasruddin Djoko Surjono menyampaikan sejumlah penyesuaian yang harus dilakukan oleh Pemprov DKI dalam hal penganggaran dan perencanaan tata ruang.

Salah satu isu penting yang dihadapi DKI saat ini adalah peningkatan jumlah anak yatim/piatu yang perlu dibantu oleh pemerintah dalam jangka panjang.

Djoko menyebut bahwa selain menghadapi pandemi, DKI juga tetap perlu tetap mengejar tujuan-tujuan pembangunan utama untuk mengantisipasi masa depan, antara lain visi DKI Jakarta untuk menjadi pandemic-proof city, crisis-resilient city, digitally advanced city, dan sustainable & livable city.

Dampak ke Tata Tuang

Peneliti dari Digital Business Ecosystem Research Center Dodie Tricahyono menyampaikan pentingnya memahami perubahan gaya hidup akibat pandemi yang dirangkum dalam istilah Megashift: stay@home lifestyle (online shopping, do-it-yourself), empathic society, go virtual, bottom of the pyramid (contact-free, pay-later, staycation).

Perubahan gaya hidup menjadi masukan ke dalam model pertumbuhan perkotaan untuk mengetahui bagaimana dampak pandemi terhadap tata ruang.

Pandemi Covid-19 mempercepat transformasi digital yang akan menjadikan teknologi digital tidak sekadar teknologi, melainkan juga gaya hidup.

Percepatan transformasi ini perlu diantisipasi dan dikawal oleh perencanaan, karena meskipun Internet of Things (IoT) dapat memberikan efisiensi dalam berbagai proses, tidak otomatis akan meningkatkan kualitas kehidupan.

Isu perubahan komposisi pekerjaan dan migrasi menjadi hal yang ditekankan Mohammad Faisal, Direktur Eksekutif CORE Indonesia. Pandemi meningkatkan pekerjaan sektor informal karena banyak perusahaan di sektor formal yang terpaksa merumahkan pegawainya.

Dia mengemukakan penataan ruang perlu untuk memperhatikan isu ini mengingat informalitas ketenagakerjaan memiliki kaitan yang erat dengan permukiman informal. Hal ini diperparah dengan fakta bahwa bahkan sebelum pandemi pun, jumlah tenaga kerja di sektor manufaktur sudah menurun akibat peningkatan upah minimum yang cukup besar dan kecenderungan otomatisasi.

Selama pandemi, terjadi peningkatan pertumbuhan pendapatan dari minimarket, sementara supermarket atau retail besar justru anjlok. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat potensi kegiatan ekonomi perdagangan yang dekat dengan tempat tinggal penduduk.

Isu penting terakhir yang perlu menjadi perhatian perencana adalah, karena banyak penduduk menghindari kerumunan di pusat kota, permintaan lahan di wilayah peri-urban atau pinggir kota akan meningkat, sehingga harga lahan juga akan meningkat dan berisiko membuat sulit penduduk berpenghasilan rendah untuk dapat mengakses ruang untuk tempat tinggal.

Sementara itu, Pitra Moeis, Monitoring & Evaluation Specialist WWF Indonesia, mengingatkan pentingnya untuk menyadari dan memahami perbedaan dampak pandemi dan tata ruang antara Jawa dan di wilayah lainnya di Indonesia.

“Pendekatan dan muatan perencanaan harus dirumuskan secara spesifik menyesuaikan dengan karakteristik wilayah yang akan direncanakan,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper