Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Perhubungan (Kemenhub) meminta komitmen dari pemerintah Jepang agar bisa mengoperasikan pelabuhan Patimban di Subang, Jawa Barat pada Desember ini dalam pertemuannya dengan sejumlah pejabat Jepang.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan dalam pertemuan tersebut telah membahas dan menyepakati agar perusahaan Jepang secepatnya bisa melakukan kegiatan operasi bersama dengan badan usaha pemenang tender di Indonesia yakni PT Pelabuhan Patimban Internasional (PPI) secara resmi pada Desember 2021.
Dalam pembentukan konsorsium Jepang-Indonesia dalam pengoperasian car terminal dan container terminal di Pelabuhan Patimban, PT Pelabuhan Patimban Internasional sedang bernegosiasi dengan Toyota Tsusho Corporation untuk memuluskan rencana tersebut.
Selain itu, Menhub juga akan secara khusus mengupayakan kenaikan TKDN Indonesia pada proyek Pelabuhan Patimban yang dikerjasamakan dengan Jepang.
"Ada beberapa yang diselesaikan, saya sudah sampaikan kepada semua pejabat-pejabat di Jepang. Konsorsium di Jepang akan ikuti apa yang disepakati ini kegiatan b-to-b sehingga kaidah bisnis akan diikuti. mereka akan memulai Desember ini," ujarnya pada konferensi pers, Selasa (7/9/2021).
Dalam lawatannya ke Jepang sejak Minggu (5/9/2021) Menhub bertemu langsung dengan sejumlah pihak di Jepang seperti Menteri Pertanahan, Infrastruktur, Transportasi, dan Pariwisata Jepang (Minister of Land, Infrastructure, Transportation, and Tourism) AKABA Kazuyoshi, Penasehat Khusus Perdana Menteri Jepang, Menteri Negara Urusan Luar Negeri Jepang, Mantan Perdana Menteri Jepang Yasuo Fukuda.
Baca Juga
Kemudian, turut hadir pula, dari pihak lembaga keuangan Jepang yaitu Chief Executive Officer (CEO) Japan Bank for International Cooperation (JBIC) Tadashi Maeda, serta beberapa pihak non-pemerintah Jepang lainnya, guna memastikan percepatan sejumlah proyek pembangunan infrastuktur yang dikerjasamakan kedua negara dapat berjalan dengan baik dan sesuai rencana.
Kepala Kantor KSOP Kelas II Patimban Heri Purwanto menjelaskan PT PII sebagai badan usaha pemenang dipastikan secara aktif mulai mengelola salah satu pelabuhan terbesar tersebut pada akhir tahun ini 2021. Kewajiban utama yang diemban bagi operator pengelola nantinya adalah untuk mendatangkan arus kapal yang potensial ke Pelabuhan Patimban.
Dengan demikian kegiatan ekspor juga sudah bisa dimulai secara rutin setelah PT PPI mengambil alih pengelolaan yang saat ini masih dilakukan sementara waktu oleh PT Pelabuhan Indonesia III (persero) atau Pelindo III.
PT PPI, sebutnya, juga tengah menjajaki perusahaan ekspor mobil atau car carrier asal Jepang supaya nantinya bisa turut mengelola secara bersama-sama. Kehadiran perusahaan Jepang tersebut diharapkan menjadi daya tarik bagi kedatangan arus kapal dan perusahaan lainnya untuk masuk ke Patimban karena merupakan salah satu yang terbesar dalam mengekspor mobil.
“Untuk Joint Venture [JV] dengan Jepang, lagi dijajakin nih dengan Toyota. JV ini punya kewajiban mendatangkan kapalnya. Untuk daya tarik tentunya harus harus merangkul perusahaan pelayaran untuk bersama-sama mengelola pelabuhan ini. Jadi harapannya JV dengan perusahaan pelayaran. Rata-rata ekspor mobil juga yang terbesar jepang kan,” ujarnya.
Mekanisme pelaksanaan JV ini akan dilakukan secara b-to-b. Selain itu, lanjutnya, untuk mengembangkan terminal kontainer ekspor internasional juga sedang sedang dijajaki dengan perusahaan Jepang lainnya untuk masuk dalam konsorsium juga.
Meski demikian, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mengupayakan agar perusahaan yang sedang dijajaki untuk membantu pengembangan kontainer ini tak berasal dari Jepang lagi karena sudah ikut dalam pengembangan terminal kendaraan.
Terkait dengan proses pengembangan pelabuhan Patimban saat ini, Heri juga menjelaskan rencananya pada akhir tahun ini belum ada penambahan pembangunan infratstruktur dari sisi dermaga. Lelang dermaga kontainer dan car terminal belum dimulai pada tahun ini lantaran belum adanya persetujuan pencairan pinjaman dari Japan International Cooperation Agency atau JIC sebagai penyandang dana.
Awalnya, lelang dijadwalkan pada Juni 2021 sehingga pada Oktober 2021 pekerjaan sudah mulai terkontrak dan mulai penunjukkan penunjukan. Namun, dengan belum adanya persetujuannya dari JICA, maka lelang tersebut dipastikan mundur.
“Kalau misalnya lelang bisa mulai bulan ini. Sekitar Januari 2022 atau Februari 2022baru bisa kontraknnya untuk paket tahap 1-2. Jadi yang baru dioperasikan saat ini car terminal dan kontainer . Namun sementara ini bongkar muatnya dari dan dermaga ke kapal masih menggunakan crane kapal. Penyediaan crane oleh pemenang belum diadakan 2024,” terangnya.