Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) pesimistis produksi batu bara dalam negeri mencapai target 625 juta ton hingga akhir 2021, meski harga batu bara acuan atau HBA terus meningkat.
Direktur Eksekutif APBI Hendra Sinadia mengatakan bahwa prospek harga dan produksi hingga akhir tahun ini tidak dapat diprediksi. Bahkan, dia mensinyalir target produksi tidak akan tercapai.
“Mungkin [produksi batu bara] tidak mencapai target 625 juta ton, [disebabkan] curah hujan dan kendala terbatasnya alat berat,” katanya kepada Bisnis, Selasa (7/9/2021).
Berdasarkan data Minerba One Data Indonesia (MODI) Kementerian ESDM mencatat rencana produksi batu bara tahun ini mencapai 625 juta ton.
Sementara itu, realisasi produksi hingga 7 September menyentuh 404,99 juta ton atau 64,80 persen dari target.
Rencana tersebut meningkat 12 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yakni 550 juta ton. Meski begitu, realisasi produksi batu bara pada 2020 melewati target hingga 102,87 persen atau 565,79 juta ton.
Sementara itu, APBI menanggapi positif kenaikan harga batu bara acuan (HBA) saat ini. Hendra menilai, pengusaha berharap agar harga batu bara dapat terus meningkat atau menguat.
Hendra pun menyadari bahwa kenaikan harga tersebut dipicu karena terhambatnya produksi. Masalah tersebut disebabkan oleh curah hujan yang masih tinggi serta keterbatasan alat berat.
Di sisi lain, permintaan dari luar negeri juga semakin tinggi, termasuk dari China, Korea Selatan, dan Eropa. Peningkatan permintaan juga diakibatkan harga gas bumi untuk pembangkit listrik kian naik sehingga batu bara mulai dilirik.