Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Australia Kaji Tapering di Tengah Ancaman Perlambatan Pemulihan Ekonomi

Gubernur RBA sangat mendukung rencana tapering bulan lalu dengan alasan bahwa pelonggaran kuantitatif tambahan sebagian besar akan berdampak pada pertumbuhan 2022 – yang tampaknya masih kuat.
Papan pemberitahuan yang memperingatkan Kita semua bisa menjadi pembawa Covid-19 berada di tempat publik di Sydney, Australia, Selasa (27/7/2021). Setelah sebulan melakukan Lockdown, kasus harian Covid-19 di kota Sydney tidak menunjukkan tanda-tanda mereda. Bloomberg/Brendon Thorne
Papan pemberitahuan yang memperingatkan Kita semua bisa menjadi pembawa Covid-19 berada di tempat publik di Sydney, Australia, Selasa (27/7/2021). Setelah sebulan melakukan Lockdown, kasus harian Covid-19 di kota Sydney tidak menunjukkan tanda-tanda mereda. Bloomberg/Brendon Thorne

Bisnis.com, JAKARTA - Bank sentral Australia kembali mengkaji penundaan mengurangi pembelian surat utang seiring dengan varian delta yang semakin memburuk dan memperlambat prospek pemulihan ekonomi.

Dilansir Bloomberg pada Senin (6/9/2021), 10 dari 16 ekonom yang disurvei oleh Bloomberg memprediksi Reserve Bank of Australia (RBA) akan menunda penurunan pelonggaran kuantitatif (quantitative easing/QE) atau pembelian surat utang oleh bank sentral pada Selasa.

Kendati demikian, Gubernur RBA Philip Lowe dalam pertemuan Agustus telah mengatakan upaya tersebut tidak akan terlalu berdampak pada pemulihan ekonomi dan pemerintah berada di posisi yang lebih baik untuk memberikan bantuan.

“Gubernur sangat mendukung rencana tapering bulan lalu dengan alasan bahwa QE tambahan sebagian besar akan berdampak pada pertumbuhan 2022 – yang tampaknya masih kuat – dan bahwa kebijakan fiskal lebih tepat. Kedua argumen ini tetap valid hingga sebulan yang lalu,” kata Andrew Boak, Kepala Ekonom untuk Australia Goldman Sachs Group Inc.

Dalam pertemuan pada Agustus, RBA mempertahankan rencananya untuk mengurangi pembelian obligasi mingguan pada September menjadi A$4 miliar (US$3 miliar) dari sebelumnya A$5 miliar.

Pada saat ekonomi masih melemah akibat lockdown yang panjang, kondisi global membuat RBA tetap pada keputusannya setelah Federal Reserve dan European Central memberikan sinyal untuk mengurangi stimulus dengan hati-hati akhir tahun ini.

Namun, RBA juga mengatakan dalam risalah pertemuan Agustus bahwa mereka siap menghadapi jika kondisi kesehatan yang memburuk akan berujung pada tertundanya pemulihan ekonomi. Pertanyaannya adalah apakah perkembangan terakhir dapat mengatasi kondisi tersebut.

Sementara itu, beberapa negara bagian tengah mengubah strategi penanganan virus. New South Wales dan Victoria yang menyumbang sekitar 55 persen PDB dan masih menerapkan lockdown, lebih fokus menggenjot vaksinasi ketimbang menekan kasus menjadi nol.

Sebelumnya, Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengumumkan akan melonggarkan restriksi dan perbatasan negara bagian pada Natal, meski bertambahnya kasus menekan sistem kesehatan di Sydney.

Rencana itu akan mulus jika 70 persen populasinya sudah divaksinasi penuh dan perbatasan di negara bagian akan kembali dibuka jika vaksinasi mencapai 80 persen.

Namun, maish banyak yang meragukan jika negara bagian yang bebas Covid-19 seperti Australia Barat dan Queensland bersedia membuka perbatasan mereka kepada New South Wales dan Victoria yang tengah bergulat dengan wabah terburuk di negara itu.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nindya Aldila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper