Bisnis.com, JAKARTA — PT Pelayaran Nusantara Indonesia (Persero) atau Pelni meyakini transformasi digital logistik sebagai kendali utama di tengah terjangan gelombang Covid-19.
Akselerasi bisnis logistik secara end to end menandakan lembaran baru dalam transformasi dan adaptasi perseroan saat ini. Penguatan bisnis logistik ini utamanya dilakukan melalui aplikasi My Cargoo. Kehadiran aplikasi ini diharapkan bisa mendongkrak kinerja kargo kapal penumpang pelni minimal 50 persen.
Direktur Usaha Angkutan Barang dan Tol Laut Pelni Yahya Kuncoro menuturkan konsep digitalisasi tidak hanya berhenti dalam membangun sebuah platform tetapi juga sekaligus meningkatkan pelayanan kepada pelanggan dalam hal pemesanan muatan. Aplikasi ini, jelasnya, telah menyediakan layanan untuk pemesanan muatan di kapal barang dan kapal penumpang dan mengkoneksikan dengan para shipper agar bisa melihat secara detail slot kargo secara realtime hingga melacak atau tracking muatan tersebut.
Yahya menjelaskan bahwa realisasi penerapan aplikasi My Cargoo yang agresif dilakukan sejak tahun lalu tersebut berhasil mencetak muatan kargo umum sebesar 19.947 ton hingga Juli 2021 serta membawa muatan kontainer sebesar 6.153 TEUs, dan kendaraan 6.522 unit.
Dengan demikian, general cargo naik 41 persen, untuk kontainer naik sebesar 13 persen, dan tentunya kendaraan naik sebesar 16 persen dibandingkan dengan pencapaian pada periode yang sama tahun lalu.
“Saat ini aplikasi tersebut sudah diimplementasikan di 26 kapal penumpang. Melalui aplikasi mycargoo ini ada alternatif pilihan kepada shipper supaya bisa mengirimkan barang dengan harga yang kompetitif dengan menggunakan kapal Pelni,” ujarnya kepada Bisnis.com, Minggu (5/9/2021).
Baca Juga
Sejauh ini, lanjut dia, telah ada sebanyak empat layanan berbeda yang ditawarkan oleh Pelni dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan pengirim seperti door to door (full service), door to port, port to door, atau port to port.
“Khusus untuk tahun ini dalam MyCargoo kami menargetkan penambahan layanan door service dengan bekerja sama dengan pihak lain yaitu JNE, PT Pos Indonesia, SBL, Kalog, dan Sicepat,” terangnya.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa selama pandemi ini mendorong pelaku transportasi untuk mengubah model bisnisnya. Praktis, bisnis logistik dan angkutan barang lebih memberikan kontribusi utama dibandingkan dengan angkutan penumpang yang jelas-jelas anjlok.
Tak hanya bagi Pelni, maskapai penerbangan dan perusahaan ekspedisi dan jasa kurir juga memperluas pasar serta menggenjot kinerjanya dari sektor ini.
Pemain di pasar logistik yang beragam juga menarik perhatian Pelni untuk memanfaatkan digitalisasi sebagai ajang kolaborasi. Yahya mengharapkan dengan rilisnya aplikasi digital juga mencegah persaingan, supaya tak saling berebut dan memakan kue pasar yang ada.
Dia meyakini hal tersebut dapat terlaksana karena karakteristik dan segmen moda transportasi serta akses yang berbeda bisa menjadi nilai tambah untuk saling bekerjasama menyalurkan logistik hingga ke pengguna akhir. Yang terpenting, tekannya, saat ini sudah ada platform aplikasi yang jelas sehingga bisa memutuskan dengan tepat ongkos yang dapat dibayarkan kepada masing-masing jasa layanan pengiriman ketika memutuskan untuk bersinergi.
“Jangan bersaing tapi kolaborasi jadi pertemanan aja. Makanya kami mengeluarkan MyCargoo. Ada segmen yang bisa kami penuhi dan kuantitas banyak. Kalau pesawat kapasitas terbatas tetapi mereka punya muatan lebih cepat sehingga kami tetap bisa alihkan ke pesawat dan tinggal bayar fee,” terangnya.
