Bisnis.com, JAKARTA - Pakar Tata Kota Universitas Trisakti Yayat Supriatna mengatakan saat ini mulai ada transformasi wilayah Jakarta Timur yang sebelumnya lebih fokus dikembangkan sebagai kawasan industri, menjadi salah satu pilihan pemukiman.
Melansir riset rumah.com, pertumbuhan properti di Jakarta Timur tercatat paling pesat dibandingkan wilayah-wilayah lain, terutama untuk jenis rumah tapak. Indeks harga properti Jakarta Timur dicatat rumah.com sebesar 137,7 pada kuartal I-2021. Angka ini cuma kalah dengan Depok dengan indeks 144 untuk wilayah Jabodetabek. Rumah.com juga mencatat indeks harga properti Jakarta Timur tak pernah merosot sejak 2019, sementara wilayah lainnya tercatat fluktutatif.
Yayat menjelaskan beberapa faktor yang menjadikan Jakarta Timur kembali dilirik pengembang top. Pertama, lahan di Jakarta Timur masih cukup luas, sehingga memberikan kesempatan untuk mengembangkan kluster-kluster rumah tapak hingga pusat-pusat bisnis.
Hal ini juga ditopang oleh percepatan pembangunan infrastruktur oleh Pemerinah DKI Jakarta. Saat ini Jakarta Timur merupakan wilayah yang pembangunan infrastruktur transportasinya paling pesat dibandingkan wilayah-wilayah Jakarta lainnya.
“Lahan di Jakarta Timur masih cukup luas, ditambah adanya pembangunan LRT yang jadi salah satu penopang pertumbuhan kawasan pemukiman. Pengembang pelat merah seperti Adhi Karya maupun swasta besar memanfaatkan kesempatan ini,” ungkapnya dalam keterangan tertulisnya.
Faktor kedua disebut Yayat terkait harga tanah di wilayah Jakarta Timur yang relatif lebih rendah dibandingkan wilayah-wilayah lain di Jakarta. Situasi ini juga menjadi daya tarik buat calon pembeli. Faktor lokasi, dan keterjangkauan harga yang ditawarkan, disebut Yayat menjadi pilihan rasional untuk masyarakat yang memprioritaskan punya tempat tinggal di ibu kota.
Oleh karena itu pengembangan pemukiman di Jakarta Timur menurut Yayat juga relatif menyasar masyarakat produktif yang bekerja di Jakarta, dengan harga properti moderat. Wilayah Jakarta Timur dinilai dapat memberikan akses yang lebih mudah ke pusat Jakarta.
“Pasar pasti membaca kebutuhan, terutama buat masyarakat produktif yang bekerja di Jakarta sehingga orang memilih tempat tinggal pasti tidak akan jauh dari tempat kerjanya. Maksimal 25 kilometer, atau dua jam perjalanan, lebih dari itu sudah relatif tidak menarik,” sambung Yayat.