Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pengalaman Berinovasi Jadi Modal AirAsia Ganggu Dominasi Gojek dan Grab

Untuk bisa melancarkan ekspansi ke bisnis transportasi daring, AirAsia mesti mampu mengoptimalkan pengalaman dan inovasi yang dimiliki.
Armada AirAsia parkir di Kuala Lumpur International Airport 2 (KLIA 2) di Sepang, Malaysia, Senin (24/8/2020)./Bloomberg-Samsul Said
Armada AirAsia parkir di Kuala Lumpur International Airport 2 (KLIA 2) di Sepang, Malaysia, Senin (24/8/2020)./Bloomberg-Samsul Said

Bisnis.com, JAKARTA — Pengalaman dan inovasi yang dimiliki AirAsia di industri penerbangan menjadi modal kuat saat mengembangkan bisnis transportasi daring

Untuk bersaing dengan Gojek dan Grab, AirAsia perlu memikirkan Sumber Daya Manusia (SDM) dan fitur inovatif yang selama ini tidak dimiliki kedua penguasa pasar transportasi daring di Indonesia itu.   

Guru Besar Universitas Trisakti Muhammad Zilal Hamzah mengatakan salah satu kelebihan AirAsia adalah merek dagang yang kuat. Ketika AirAsia bermain di industri transportasi daring, para pelanggan loyal mereka akan kehadiran AirAsia di sektor tersebut. 

“Dari sisi manajemen inovasi, AirAsia pertama di Asia yang memberikan dan memperkenalkan Low Cost Carrier (LCC) aviation dan segala strategi harga [seperti] terbang gratis dengan AirAsia,” tuturnya kepada Bisnis, Sabtu (28/8/2021). 

Selain itu, AirAsia juga dinilai berhasil menghadirkan pelayanan di dalam penerbangan yang selama ini tak ada dalam benak penumpang pesawat terbang, seperti penjualan makanan di dalam penerbangan. Hal lainnya adalah AirAsia juga sudah terkenal dengan penguasaan manajemen dalam teknologi informasi.

Di sisi lain, pemain lama seperti Gojek dan Grab sudah lama beradaptasi dengan iklim Indonesia. Sehingga, apabila AirAsia masuk tanpa membawa fitur yang baru, maka maskapai itu hanya sebagai pelengkap. 

Terkait tantangan, Zilal berpendapat teknologi dan SDM yang kuat menjadi tantangan terbesar dalam pengembangan bisnis transportasi daring.

“Bisnis ride-hailing adalah bisnis berbasis kekuatan teknologi, yang berarti bisnis tanpa fitur terhenti,” ujarnya.

Zilal memberikan gambaran bagaimana Uber berhenti di fitur pemesanan tradisional atau menunggu pengemudi. Gojek dan Grab pun hadir dengan menambahkan fitur real-time atau mendatangi pengemudi. 

Kemudian, Uber juga disebut berhenti di fitur transportasi daring roda empat (taksi). Sementara itu, Gojek dan Grab menambahkan fitur pesan antar (delivery) makanan dan paket, serta lain sebagainya.

Dengan sejumlah terobosan fitur milik Gojek dan Grab, keduanya berhasil bertahan hingga saat ini.  

Bisnis transportasi daring, ujar Zilal, juga memerlukan manajemen dan SDM yang kuat, yang berorientasi kepada pengguna. Harga terjangkau, opsi pembayaran yang mudah, promo yang banyak dan variatif, menjaga privasi, personalisasi waktu, bersih, tertib, serta sehat adalah beberapa orientasi yang harus dipenuhi. 

Kemudian, ketersediaan armada mobil, motor, pick-up hingga truck ukuran besar juga harus dimiliki oleh pemain ride-hailing.

Zilal mengatakan apabila AirAsia melakukan apa yang telah dilakukan oleh Gojek dan Grab, maka AirAsia akan bisa bersaing dengan Gojek dan Grab. Namun, jika Air Asia ingin fokus pada spesialisasi tertentu, dia menyarankan untuk memberi perhatian kepada layanan Go-Bluebird dan Shopee. 

Blue Bird disebut sudah mendapat kepercayaan tinggi dari masyarakat, sedangkan Shopee memiliki spesialisasi di platform belanja dan pemesanan makanan.

“Tujuannya agar AsiaAsia tidak memasuki pasar yang salah. Pengalaman AirAsia masuk dengan bisnis LCC adalah pengalaman yang berharga,” terangnya.

Zilal meyakini sepanjang tidak ada larangan akibat tingkat jenuh di pasar maupun regulasi nasional, AirAsia akan masuk ke Indonesia.  Akuisisi saham Gojek di Thailand disebut memberikan jalan ke AirAsia untuk masuk ke Indonesia.

Sebelumnya, maskapai penerbangan asal Malaysia itu telah memperkenalkan layanan jasa taksi online yang diberi nama AirAsia Ride di Negeri Jiran. Layanan ini serupa dengan Grab dan Gojek yang bisa dipesan melalui aplikasi super AirAsia. 

CEO AirAsia Tan Sri Tony Fernandes mengatakan layanan ini direncanakan hadir pula di Thailand, Filipina, Singapura, dan Indonesia. Saat ini, sudah ada sekitar 1.500 pengemudi AirAsia Ride di Malaysia dan diklaim ada 5.000 pengemudi lain yang siap dikerahkan dalam 6 bulan ke depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Editor : Annisa Margrit
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper