Bisnis.com, JAKARTA - Philip Morris International Inc. tengah bersiap untuk memasuki pasar keuangan berkelanjutan karena menghadapi perluasan basis investor yang menolak mendanai perusahaan tembakau.
Dilansir Bloomberg, Minggu (29/8/2021), produsen rokok Marlboro itu menerbitkan kerangka kerja yang akan menjadi langkah pertama menuju penerbitan surat utang, sejalan dengan rencana menghentikan bisnis tembakaunya. Rencana tersebut akan menghubungkan beberapa pembiayaan utang dengan kemampuan perusahaan untuk menghapus pendapatan yang dihasilkan dari penjualan rokok.
Langkah itu juga dilakukan saat Philip Morris mendekati pengambilalihan Vectura Group Plc, produsen obat asma Inggris. Akuisisi ini memicu kritik dari organisasi kesehatan mengenai masalah etika karena perusahaan tembakau memiliki perusahaan farmasi.
"Kerangka kerja ini akan memungkinkan investor dan pemberi pinjaman untuk terlibat dan mendukung transformasi terdepan di industri kami, saat kami bekerja untuk mempercepat penghentian [bisnis] rokok dan menggunakan kemampuan kami yang kuat untuk mengembangkan produk yang melampaui nikotin dan memiliki dampak positif bersih pada masyarakat," kata Kepala Keuangan Emmanuel Babeau, Minggu (29/8/2021).
Philip Morris berusaha untuk meningkatkan kepercayaannya di pasar modal di mana semakin banyak uang tunai berasal dari investor yang menolak untuk membiayai pembuatan senjata, rokok, atau produk lain yang dianggap berbahaya bagi masyarakat. Sepanjang tahun ini, perusahaan dan pemerintah secara global merilis obligasi hijau atau sosial, atau utang yang terkait dengan tujuan keberlanjutan senilai US$652 miliar.
Rencana pendanaan yang disebut Philip Morris sebagai pembiayaan terkait transformasi bisnis, mencakup tujuan untuk meningkatkan pendapatan perusahaan bebas rokok menjadi 50 persen dari total pendapatan bersih pada 2025, dari 23,8 persen pada 2020.
Baca Juga
Perusahaan ini juga akan meningkatkan pangsa pasar penjualan produk bebas asap rokok menjadi 100 persen pada tahun yang sama, dari 64 pada 2020.