Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah menargetkan peningkatan produksi minyak dan gas bumi guna memperbaiki neraca perdagangan. Adapun target lifting migas pada tahun depan ditargetkan 1,73 juta barel setara minyak per hari (BOEPD).
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan bahwa target lifting migas pada 2022 terdiri atas lifting minyak sebesar 703.000 barel minyak per hari (BOPD) dan lifting gas bumi sebesar 1,03 juta BOEPD.
Adapun, usulan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2022 dengan mempertimbangan harga komoditas minyak dan gas bumi pada tahun ini.
"Target asumsi lifting migas yang diusulkan pemerintah pada Nota Keuangan RAPBN 2022 dalam rangka memperbaiki neraca perdangan. Untuk mencapai target tersebut kami terus mendorong agar KKKS melakukan peningkatan produksi migas," katanya dalam rapat kerja dengan Komisi VII, Rabu (26/8/2021).
Deputi Perencanaan SKK Migas Benny Lubiantara mengatakan target lifting pada 2022 merupakan angka yang rasional untuk dicapai. Pasalnya, dengan rendahnya capaian lifting pada tahun ini maka pada 2022 menjadi tahun perbaikan kinerja.
Di samping itu, banyaknya kegiatan yang tertunda pada 2021 membuat kegiatan pada tahun depan akan menjadi lebih agresif.
"Tahun depan kita geber tapi kita belum tau akan banyak pengeboran di tahun depan semacam recovery plan, kita kejar lebih massif karena kita miss tahun ini," katanya kepada Bisnis, Kamis (26/8/2021).
Benny mengungkapkan dalam pembahasan pre WP&B 2021, telah banyak rencana kerja pengeboran-pengeboran sumur. Rencana kerja tersebut akan menjadi lebih banyak karena adanya invetaris pada 2021 yang tergeser ke tahun depan.
"Jadi di tahun depan so far berdasarkan yang kita kumpulkan pre-WP&B sudah banyak sumur-sumur dan tentunya outlooknya cukup baik," ungkapnya.
Anggota Komisi VII dari Fraksi Partai Gerindra Kardaya Warnika mengatakan dengan outlook lifting migas pada tahun ini yang ditetapkan berkisar pada 680.000 bopd–705.000 bopd, angka yang mampu dicapai adalah target terendahnya yakni 680.000 bopd.
Menurut dia, dengan asumsi yang lebih besar dari outlook yang bisa dicapai pada tahun ini, maka hal tersebut dapat menimbulkan kerancuan bagi investor hulu migas karena antara target yang dipatok dengan yang dapat direalisasikan tidak sejalan.
"Kalau angka yang disampaikan begini, orang lain akan melihat mereka tidak akan percaya, kalau di tahun depan 700.000 sekian, tidak percaya paling maksimum di angka yang sudah disampikan di sini yaitu 680.000," ungkapnya.