Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Perindustrian menyebut ada dua pelajaran yang bisa diambil dari pengalaman Covid-19 yang mulai melanda Indonesia sejak Maret tahun lalu.
Pertama, pandemi membuat seluruh pihak menyadari struktur industri farmasi dan alat kesehatan (alkes) banyak yang bolong dan harus segera diselesaikan. Kedua, Indonesia ke depan harus mandiri dalam sektor kesehatan.
"Untuk obat, bahan baku yang berbasis kimia saat ini memang dikuasai negara tertentu. Bahkan tidak mudah mereka membagi formula bahan bakunya, untuk itu kami mencari jalur lain," kata Agus dalam rapat kerja dengan Komisi VII DPR RI, Rabu (25/8/2021).
Jalur lain yang dimaksud Agus adalah mendorong obat modern asli Indonesia atau OMAI berbasis fitofarmaka. Dengan strategi tersebut, saat ini Agus menyebut sudah ada sejumlah perusahaan farmasi lokal yang menghasilkan OMAI.
Agus mencontohkan salah satunya oleh produsen obat, Dexa dengan obat Diabetes berbasis herbal yang bahkan kini telah dipakai untuk obat resep para dokter di Amerika Serikat dan Inggris. Agus menegaskan dengan masuk kategori OMAI artinya obat ini memiliki konten lokal yang tinggi.
"Jadi kita tidak kehilangan akal dengan negara lain. Begitu pula di alkes, sejak Indonesia merdeka belum pernah ada produsen ventilator di sini tetapi pandemi membuktikan bahwa anak bangsa mampu dalam waktu yang singkat dan kualitas yang tinggi," ujar Agus.
Adapun produsen ventilator tersebut adalah PT Yogya Presisi Tehnikatama Industri (YPTI) yang kini juga tengah merampungkan prototipe untuk produk oksigen konsentrator.
Agus memastikan ke depan Kementerian Perindustrian akan terus aktif mendorong terciptanya produksi-produksi obat atau alkes pabrikan lokal. Namun, menurutnya Kemenperin tidak bisa melakukan sendiri tanpa kerjasama yang baik dari pihak lain.
"Jadi pertanyaannya kenapa baru sekarang kita bisa? Ini harus dijawab oleh banyak pihak. Sekarang pun kami butuh dukungan banyak pihak untuk mempercepat kemandirian baik dari proses uji klinis hingga izin-izin yang harus dipenuhi setiap produsen," kata Agus.