Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bukan Paling Cuan, Begini Kondisi Industri Farmasi Selama Pandemi

Pertumbuhan penjualan obat selama pandemi hanya yang terkait Covid-19. Padahal jenis obat terkait virus Corona tersebut hanya sekitar 8 persen dari total obat umum
Pedagang obat melayani pembeli di Pasar Pramuka, Jakarta, Selasa (11/02/2020). /Bisnis-Eusebio Chrysnamurti
Pedagang obat melayani pembeli di Pasar Pramuka, Jakarta, Selasa (11/02/2020). /Bisnis-Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia (GPFI) memaparkan kondisi industri selama pandemi cukup sulit dan membuat persaingan semakin ketat.

Apalagi dengan struktur industri yang saat ini 95 persen masih harus mengimpor bahan baku obat (BBO).

Ketua Komite Pengembangan Perdagangan dan Industri Bahan Baku GPFI Vincent Harijanto mengatakan selama pandemi peningkatan hanya terjadi pada obat Covid-19 yang jumlahnya hanya sekitar 20 item, sedangkan obat umum berjumlah lebih dari 250 item.

Belum lagi, pada masa pandemi selain masyarakat yang takut ke rumah sakit atau klinik tak sedikit pula dokter yang khawatir menerima pasien.

"Akibatnya produksi obat berkurang, serapan bahan baku pun berkurang yang akhirnya berdampak pada PBFBO [Pedagang Besar Farmasi Bahan Obat]. Belum lagi dengan kondisi sulit banyak industri yang langsung melakukan impor sendiri dari produsen BBO di China atau India," katanya dalam webinar, Rabu (25/8/2021).

Adapun Vincent menyebut pasar BBO di Indonesia saat ini berkisar 20 persen dari total pasar industri farmasi. Artinya, jika pasar industri farmasi saat ini sekitar Rp75 triliun maka BBO saja mencapai Rp15 triliun.

Meski demikian, Vincent menyebut dalam kondisi yang sulit PBFBO di Indonesia masih saling bekerjasama dalam memenuhi kebutuhan yang ada. Apalagi isu kesulitan kontainer dan kenaikan logistik juga turut dirasakan industri farmasi saat ini.

Sebelumnya, lembaga IQVIA mencatat hingga kuartal I/2021 kinerja industri farmasi minus 12,6 persen.

Ketua Umum Pharma Materials Management Club (PMMC) Kendrariadi Suhanda mengatakan penurunan paling dalam terjadi pada obat resep branded 14,3 persen untuk produksi lokal dan 13,7 persen untuk merk luar.

"Memang jika dibandingkan dengan berbagai data publik selama ini sangat berbeda karena kami sudah dianggap sektor yang mengalami pemulihan padahal kami tidak merasa begitu. Farmasi bahkan juga diproyeksikan akan tumbuh double digit atau di atas 10 persen tahun ini," katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ipak Ayu
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper