Bisnis.com, JAKARTA - Injeksi bantuan dana segar dari Dana Moneter Internasional (IMF) bagi negara-negara yang paling membutuhkan senilai US$650 miliar atau Rp9,3 kuadriliun mulai berlaku Senin (23/8/2021).
Managing Director IMF Kristalina Georgieva mendesak negara-negara kaya untuk mengarahkan sebagian alokasi mereka ke negara-negara yang tidak memiliki sarana untuk mengatasi krisis Covid-19 dan tantangan di masa depan.
Penciptaan dana cadangan - yang dikenal sebagai hak penarikan khusus atau special drawing rights (SDR) - merupakan yang pertama diluncurkan sejak 2009, setahun setelah krisis keuangan global.
IMF sedang menyiapkan kendaraan khusus untuk membantu menyalurkan cadangan ke negara-negara berkembang dan lembaga ini sudah memiliki Perwalian Pengurangan Kemiskinan dan Pertumbuhan yang memberikan pinjaman lunak, kata Georgieva dalam sebuah pernyataan resmi.
IMF diketahui tengah mendiskusikan dengan para anggotanya terkait dengan kemungkinan merilis Resilience and Sustainability Trust baru yang dapat menggunakan SDR yang disalurkan untuk membantu negara-negara yang paling rentan dengan transformasi struktural, termasuk menghadapi tantangan terkait iklim.
“Kemungkinan lain adalah menyalurkan SDR untuk mendukung pinjaman oleh bank pembangunan multilateral,” ungkap Georgieva.
Baca Juga
Alokasi SDR dalam nilai besar tersebut bertujuan untuk mengatasi kebutuhan jangka panjang akan cadangan dana bantuan dan sekaligus untuk membangun kepercayaan dan mendorong ketahanan dan stabilitas dalam ekonomi global.
Rencana ini dirilis tepat ketika dunia menghadapi gempuran varian delta yang sangat menular dari virus Corona yang bermutasi dan mendatangkan malapetaka di beberapa negara, serta mengancam untuk memperlambat pemulihan dunia.
Cadangan ini dialokasikan untuk semua 190 anggota dana secara proporsional sesuai dengan kuota mereka. Sekitar 70 persen akan masuk ke Kelompok 20 ekonomi terbesar, dibandingkan hanya 3 persen untuk negara-negara berpenghasilan rendah.
Akibatnya, dari US$650 miliar, hanya sekitar us$21 miliar akan masuk ke negara-negara berpenghasilan rendah dan US$212 miliar ke pasar negara berkembang dan negara berkembang lainnya, tanpa menghitung China. Hal tersebut diungkap dalam perhitungan Kementerian Keuangan AS.
“Negara dapat menggunakan ruang yang disediakan oleh alokasi SDR untuk mendukung ekonomi mereka dan meningkatkan perjuangan mereka melawan krisis,” kata Georgieva.
Negara-negara maju Kelompok Tujuh pada bulan Juni mendukung rencana untuk mengalokasikan kembali US$100 miliar SDR baru ke negara-negara yang lebih miskin.