Bisnis.com, JAKARTA – Kinerja ekspor diharapkan bisa menjadi sumber utama dalam merealisasikan target pertumbuhan ekonomi sampai 5,5 persen pada 2022.
Meski sejauh ini ekspor menunjukkan kinerja positif, pelaku usaha memberi sejumlah catatan soal ekspor selama masa pemulihan.
Koordinator Wakil Ketua Umum III Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia bidang Maritim, Investasi, dan Luar Negeri Shinta W. Kamdani mengatakan terdapat beberapa faktor yang harus menjadi pertimbangan soal kontribusi ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi.
Dia memperkirakan permintaan pasar global akan pulih sepenuhnya pada 2022, meski kenaikan ekspor berpotensi tidak setinggi pada 2021. Selain itu, harga komoditas diperkirakan lebih stabil seiring dengan kembali seimbangnya permintaan global. Karena itu, meski harga komoditas bisa naik, Shinta mengatakan kenaikan tetap akan terbatas.
“Bila ekspor komoditas yang mendominasi postur ekspor nasional memiliki volume yang sama dengan tahun lalu, besaran kontribusi penghasilannya terhadap APBN 2022 kurang lebih akan sama dengan tahun ini,” kata Shinta, Selasa (17/8/2021).
Shinta menyebutkan pula surplus yang dinikmati Indonesia sepanjang pandemi terjadi akibat kontraksi impor yang lebih dalam dari pada ekspor. Jika ekonomi nasional pulih secara penuh pada 2022, dia mengatakan impor bisa kembali ke level 2019.
Baca Juga
“Dengan demikian, bila kita terus memiliki kinerja ekspor yang sama dengan tahun ini pada 2022, kami khawatir kita tidak akan punya surplus perdagangan untuk dikontribusikan ke APBN seperti 2020 atau 2021,” tambahnya.
Karena itu, Shinta menilai satu-satunya cara untuk mendongkrak penerimaan ekspor pada 2022 adalah dengan meningkatkan ekspor manufaktur, khususnya ekspor besar sebelum pandemi seperti otomotif, pakaian dan alas kaki, serta furnitur.
Ekspor produk berbasis komoditas, lanjutnya, juga perlu ditingkatkan demi memastikan pertumbuhan ekspor bisa lebih tinggi dibandingkan dengan potensi pertumbuhan impor bahan baku atau penolong dan barang modal pada 2022.
Presiden Joko Widodo sebelumnya mengatakan Indonesia perlu mengubah struktur ekonomi ke arah yang lebih produktif demi mengimbangi kontribusi konsumsi rumah tangga yang mendominasi produk domestik bruto (PDB). Dia mengatakan Indonesia harus terus mengalihkan sumber pertumbuhan dengan mendorong hilirisasi, investasi, dan ekspor.
Jokowi juga menyebutkan target pertumbuhan ekonomi di kisaran 5 sampai 5,5 persen menggambarkan proyeksi pemulihan yang cukup kuat. Pemulihan ini akan didukung oleh pertumbuhan investasi dan ekspor.