Bisnis.com, JAKARTA - Batas pengunjung sebesar 25 persen kapasitas pusat perbelanjaan atau mal yang diterapkan pada masa uji coba belum berdampak signifikan pada penjualan ritel modern. Penjualan lewat kanal daring menjadi andalan pengusaha sembari menanti kebijakan yang lebih akomodatif.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy N. Mandey mengatakan bahwa tingkat kunjungan cenderung masih di bawah 25 persen. Daya dorong dari pembukaan mal juga terbatas usai peritel nonpangan tidak mendapatkan izin buka dalam 7 pekan terakhir.
“Dengan 25 persen bukan langsung 25 persen masuk, dengan uji coba 3 hari ini yang masuk ke mal sangat sedikit, otomatis belum signifikan ke penjualan ritel,” katanya.
Terbatasnya kunjungan ke mal ini tecermin dari data Google Mobility Index yang menunjukkan bahwa pergerakan ke ritel dan lokasi rekreasi per 9 Agustus turun 12 persen dibandingkan dengan akhir Juni 2021. Sementara di DKI Jakarta, penurunan mencapai 32 persen.
Meski demikian, dia memperkirakan indeks penjualan riil (IPR) pada Agustus bisa lebih baik dengan adanya relaksasi. Jika merujuk survei Bank Indonesia, pertumbuhan IPR pada Juli diramal masih terkontraksi 8,3 persen secara bulanan. Namun penurunan ini lebih landai dibandingkan dengan kontraksi Mei ke Juni sebesar 12, 8 persen.
“Dengan mulai adanya uji coba kami perkirakan di Agustus bisa lebih baik, mungkin tumbuh landai 2 sampai 3 persen secara bulanan,” tambahnya.
Baca Juga
Dengan kunjungan yang masih terbatas, Roy mengatakan kanal penjualan daring mau tak mau masih menjadi alternatif peritel. Dia mencatat rata-rata kontribusi penjualan daring untuk ritel nonpangan telah mencapai 12 persen, sementara untuk ritel nonpangan di kisaran 9 sampai 10 persen.